Wajah cerah bermula gelap dari belakang rumah, kehidupan riang kembali memabuki hari. Gadis cantik berbibir pucat membuat gairah hati mendapatkannya. Selam menyelam arung tangan gerak hampa, tapi tetap telakoni satu hanya terkejar “dia tetanggaku”.
Hati pernah hilang kini kembali terulang, dia ingin ku jadikan kekasih terabaikan oleh sebuah harapan. Disini ku kenal tak ada kalah tak ada mengalah walau hanya sebuah rasa teracuni.
Pantas kau ku sebut wanita jalang, melenggang ria memabukkan, merebut hati belum tergenggam tangan, semestinya telah memilki. Kau pantas ku sebutkan setan manis yang menghantui tidur malamku. Mungkin tak pantas kau ku sebut seorang pelacur karena kau pacar teman baik ku.
Hatiku pernah kau sentuh dan kau milki, kini kembali hilang hal itu terjadi kedua kali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H