Mentari terbit diufuk timur alampun menyambut penghuninya, menjalan roda kehidupan. Catatan demi catatan kembali mengisi agenda kehidupan meniggalkan goresan sejarah yang pantas diingat seperti saat ini. Kertas putih telah tergores oleh kenangan pahit, pancaran kekecewaanpun nampak dari wajah-wajah lagu yang tak berdosa, nasip baik seakan tak berpihak, Suasanapun menanti kepastian meraih perubahan yang tak kunjung datang mereka berfikir “andaikan aku seperti buku-buku usang itu atu lemari-lemari yang berdebu yang dapat mengganti ujud dalam sekejap” hanya denagn setuhan tangan yang penuh perhatian, tapi bagaimanakah cara mendapatkannya, sedangkan cinta dan kasih saying tersinhkir dari sudut hati, yang tersisa hanyalah…………………… Mungkin kita tersisat dalam lorong yang gelap dan buntu. Sementara jembatan menuju kebahagian telah hanyut dideras aliran sungai, berjuta pertanyaan tersusun rapi dalm fikiran mencoba menemukan harapan yang sirna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H