[caption id="" align="aligncenter" width="710" caption="Berjuang Demi Hak Cipta Si Unyil, Gambar ilustrasi diambil dari google"][/caption] BELASAN wartawan ibu kota terlihat bergegas menyusur gang sempit di kawasan Petamburan, Slipi. Bisa dipastikan ratusan orang menyemut ingin berebut masuk ke rumah mungil itu, tetapi sebagian lagi tertambat di luar.Dua mobil berparabola dan sinyal sambung satelit menambah riuh suasana perkampungan sempit tempat pak Raden tinggal.Ada anak kecil ingin menyeruak masuk ke rumah, ada rombongan ibu-ibu pengajian dari Jakarta Timur datang satu bus. Belasan usia produktif kantoran datang menebar wangi. Sebagian besar dari mereka tertambat di depan rumah memenuhi jalan sempit perkampungan. Ada apa sabtu senja itu sehingga rumah pak Raden yang mungil kedatangan ratusan orang?
Jarang terjadi, ia sengaja membuang waktu lebih dari dua jam ber-make-up serta berkostum lengkap jadi Pak Raden di rumah sendiri. Kali ini dia berencana menyanyikan sejumlah lagu, tepat di depan rumahnya sendiri, lalu ia akan bercerita banyak soal keluhan hidupnya selama ini. Ini yang dia sebut dengan acara “Pak Raden Ngamen”. Acara yang digarap spontan itu sama sekali tidak memperkirakan kalau saja yang datang hingga ratusan pengunjung. "Disediakan 50 copy press release untuk wartawan dan 200 copy teks lagu semua tandas. "Malah kurang...," terang Prasodjo Chusnato penggagas acara ini. Yang dimaksud ‘teks lagu’ tadi adalah salinan dari lirik sejumlah lagu yang bakal dinyanyikan pak Raden. Lagu-lagu tersebut antara lain lagu Gundul Pacul, Iwak Peyek, Keroncong Kemayoran, Juwita Malam dan Sol Do Iwak Kebo.
Sedangkan press release adalah istilah untuk setumpuk arsip salinan berkas perjanjian antara Drs. Suyadi dan Pusat Film Negara (PFN) dan dua lembar salinan ‘curhatan’ Pak Raden yang dia tulis sendiri dengan tulisan tangan yang berjudul “Sisi lain Pak Raden”. Acara yang bertajuk “Pak Raden Ngamen” yang berlangsung pada 14 April 2012 itu hanya diiringi oleh petikan gitar akustik. Pak Raden juga nembang dengan gamelan ringkas.
Kedatangan Charlie ST12 dan Bondan & Fade 2 Black juga cukup mendadak. Baru semalam sebelum ngamen, kami mendapat kabar mereka bersedia tampil demi Pak Raden,” terang Prasodjo Chusnato yang sedang menyusun buku biografi Pak Raden. Saat malam ngamen itu Charlie mempersembahkan lagu ‘Cemara’ hasil gubahannya yang pernah hits oleh Sembilan Band. Pak Raden juga sempat menjadi model klip untuk lagu ini.Sedangkan Bondan memberi bingkisan lagu ‘Ya Sudahlah’.
Uang yang diperoleh dari hasil mengamen itu akan dipergunakan untuk pengurusan hak cipta karya Pak Raden di film boneka Si Unyil. “Saya sudah di ujung senja. Hidup saya tinggal di-gong saja nunggu wafat. Saya tidak lagi takut siapa pun untuk mengatakan bahwa hak cipta ‘Si Unyil’ punya saya, bukan PPFN (Perum Produksi Film Negara),” kata Pak Raden seperti ditirukan salah satu panitia ‘Pak Raden Ngamen untuk Hak Cipta’, Prasodjo Chusnato. Pasca ngamen, lelaki penyayang kucing itu pun terus menjadi sorotan media massa. Bulan Januari 2013, beliau pun bersiap untuk mengikuti sidang agar hak cipta ‘Si Unyil’ kembali padanya. EVI WIDI [caption id="" align="aligncenter" width="960" caption="Banner Mizan Amanah Sumber : Mizan Amanah"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H