Mohon tunggu...
miwha kinanti sri
miwha kinanti sri Mohon Tunggu... -

pelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Autisme Anak yang Bodoh?

11 Desember 2013   16:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:03 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Apa yang anda fikirkan ketika mendengar kata autis???

Mungkin anda akan berfikir anak autis adalah anak yang bodoh,gila,dan tidak memiliki keahlian apapun. Namun faktanya anak penyandang autis dapat belajar dengan baik bahkan dapat berkarya seperti anak-anak normal lainnya, anak autis dapat membaca,berkarya,dapat menghafal dengan baik, bahkan anak autis dapat menghitung. Penelitian membuktikan IQ rata-rata anak autisme secara konsisten lebih baik saat di lakukan tes metematik bersama anak non-autis pada kisaran IQ yang sama.

Tahukah anda bahwa anak penderita autisme dapat berkarya?? Kita dapat menjumpai karya mereka di perpustakaan umum kota malang. Tak ada yang menyangka karya tersebut merupakan hasil dari anak penyandang autis bernama bryan dan ke 10 anak autis lainnya yang menghasilkabn 38 komik bergambar yang tersusun apik.

ketahui sejak dini prilaku anak, karena anak penyandang autis dapat di deteksi ketika anak berusia 30 bulan setelah kelahiran hingga usia maximal 3 tahun agar mendapatkan penanganan khusus dari ahlinya, karena jika terlambat di ketahui maka meningkat level menjadi autis berat. Yang susah untuk berinteraksi dll.Tingkah laku penderita autis antara lain, melakukan gerakan yang di ulang-ulang,susah berinteraksi,memiliki sifat yang dingin terhadap lingkungan,tak acuh dengan sekitar, menghindari kontak mata langsung.

Ketika kita telah mengenali gejala-gejala autis fase awal pada anak maka cepat ambil tindakan agar cepat mendapat penanganan oleh ahlinya, karna autis dapat di sembuhkan hingga maximal berusia 7 tahun tentunya dengan syarat proses penyembuhan secara bertahap.

Jadi jangan pernah merendahkan,mengucilkan,dan menganggap anak autis gila atau menjijikan. Kita harus ikut berpartisipasi menanganinya, karena saya memiliki murid autis awalnya dia tidak bisa apa-apa tetapi saya latih perlahan-lahan bersama guru lainnya sekarang dia sudah dapat membaca, menghitung tetapi perlu proses yang sangat extra untuk menanganinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun