Namanya Delano. Aku mengenalnya hampir 3 tahun yang lalu. Mengenal caranya berbicara,bergerak, Â keinginan makan rujak di siang hari bolong, dan aroma parfumnya yang sangat begitu ku kenal.
Sewajarnya sebagai teman, aku bahagia menyelami setiap canda dan tawa bersamanya. Iya,cuma sebagai teman. Setiap malam, tak hentinya alur pembicaraan terus menghiasi hubungan pertemanan ini. Ya, cuma sekedar teman.
Hingga saat itu, aliran hangat sesekali merangsang otakku untuk menikmati setiap tatapan yang ia berikan. Uhh.. mata itu,batinku. Mata coklat yang begitu ku kagumi darinya. Mata sayu nan hangat. Matanya,ya matanya yang selalu ku ingin nikmati.Â
Semakin mengenalnya membuat darahku berdesir lebih cepat,membuat jantungku berdetak tak karuan. Setiap tatapan yang terus ia berikan tak mampu ku halau. Aku merasa nyaman di sisinya. Aku tak mau,aku tak mau ia dengar,aku takut ia akan meninggalkanku karena rasaku ini. Biar,biar saja aku mengurungnya dalam jiwa yang terdalam. Biarlah rasaku ingin terkungkung dalam jeritan yang ingin menyeruak.
Biar saja...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI