Air terjun tersebut berada di sepanjang jalur pendakian Kawinda Toi, Desa Kawinda Toi, Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima.
Menapaki jalan yang masih berupa pengerasan dari gerbang utama perlu kehati-hatian, sebab tebing tinggi yang berada disisi kiri jalan ini nampak keropos dan berisiko longsor.
Lebih kurang 10 menit berkendara dari gerbang utama, perjalanan tiba di pintu rimba. Pintu ini merupakan titik awal bagi pendaki menuju puncak Gunung Tambora, termasuk untuk menyusuri beberapa susunan air terjun Oi Marai.
tampak seorang wisatawan mancanegara bersama beberapa warga lokal Areal wisata tirta ini tampak sudah dilengkapi fasilitas penunjang bagi wisatawan, seperti gajebo, selfy point, intalasi air dan beberapa bangunan untuk lapak pedagang.
Penanggung Jawab Sekretariat Geopark Tambora Kabupaten Dompu, Hudan Ramadani mengungkapkan, Oi Marai yang memiliki empat tingkatan dengan ketinggian total sekitar 44 meter itu erat kaitannya dengan letusan Tambora, 1815.
Menurutnya, letusan hebat gunung api tersebut telah mengeluarkan material vulkanik yang membentuk endapan berlapis dengan topografi curam pada bagian ujungnya.
"Saat dialiri sungai akan membentuk terjunan," Proses pengikisan yang berlangsung terus menerus pasca letusan itu terjadi membentuk rongga pada bagian bawah endapan, sehingga batuan atas menggantung sampai akhirnya runtuh.
Tinggi terjunan yang dihasilkan, lanjut dia, sangat tergantung pada derasnya aliran sungai yang mengalir di lereng Tambora.
"Akibat proses erosi dan runtuhan yang terus menerus itu akhirnya terbentuk tebing curam yang sekarang disebut air terjun Walet Putih, Oi Panihi dan Oi Marai,"Â
Sementara itu, Kepala Balai Taman Nasional Tambora (BTNT) Deny Rahadi mengungkapkan, Oi Marai tidak saja menyuguhkan beberapa susunan air terjun yang menarik untuk dikunjungi.
Bagi wisatawan minat khusus, terutama untuk pengamatan satwa tempat ini bisa menjadi pilihan, sebab pada sisi kiri dan kanan jalur pendakian akan dijumpai satwa endemik Tambora.