Mohon tunggu...
Muhammad Iman Taufik
Muhammad Iman Taufik Mohon Tunggu... Pelajar dan Wiraswasta -

Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Suka Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pedagang Bubur Kacang Hijau di Yogya dalam Pendekatan Sosial-Ekonomi

15 April 2016   23:16 Diperbarui: 16 April 2016   10:10 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi bubur kacang hijau. Caramasak.com"][/caption]Warung burjo, sebagai salah satu warung makan  yang muncul untuk memenuhi permintaan masyarakat yang tinggi akan makanan cepat saji khususnya di daerah Yogyakarta. Usaha ini di pelopori oleh orang-orang Sunda khususnya yang berasal dari Kuningan Jawa Barat.  

Burjo sendiri telah ada di tengah-tengah masyarakat Yogya sejak tahun 1980. Awalnya para pedagang dari Kuningan tersebut berjualan burjo dengan cara dipikul, namun seiring waktu mereka mulai menetap dan memiliki outlet untuk berjualan dan tidak lagi dipikul. 

Kemudian karena mereka telah menetap, menu yang awalnya hanya bubur kacang hijau (burjo) bertahap ditambah kopi, mi instan, dan lain-lain. Dari awal kedatangan ke Yogya di tahun 80-an mereka telah menjual bubur kacang hijau sebagai menu utama karena memang bubur kacang hijau (burjo) merupakan menu yang mudah dan praktis untuk dijual, inilah yang menjadi alasan utama warga kuningan ini menjual burjo  di Yogya pada awalnya, dan turun temurun bertahan hingga sekarang.

Burjo berkembang dari sebuah jaringan masyarakat desa yang berasal dari satu daerah yang sama dan kemudian ketika salah seorang diantara mereka sukses lalu pulang kampung, para pedagang burjo tersebut mengajak keluarga dan rekan-rekannya yang berada di desa untuk bisa berpartisipasi dalam bisnis tersebut. 

Dan mulailah mereka mencari lokasi masing-masing. Seiring berjalannya waktu, dari tahun 1980 sampai sekarang ini telah berdiri sekitar 2000 outlet/warung burjo, dengan  total warga sekitar 6000 warga Kuningan termasuk para karyawan di warung burjo.

Warga Kuningan tidak hanya merantau ke Yogya tapi juga ke wilayah-wilayah lainnya seperti Jakarta, Tangerang, Bogor, dan lain-lain, namun yang paling banyak ialah di wilayah Yogyakarta. Di Kuningan sendiri terdapat warung seperti burjo namun dengan nama yang berbeda yaitu warung kopi (warkop).

Kota Yogyakarta yang terkenal sebagai kota pelajar, memiliki daya tarik tersendiri bagi para pedagang burjo yang berasal dari Kuningan untuk mencari rezeki. 

Dengan berdirinya banyak universitas atau kampus menjadi alasan utama mereka memilih berdagang di Yogya. Karena Yogya  merupakan lingkungan mahasiswa, dan mahasiswa butuh jajanan yang sederhana dan terjangkau, yang sesuai dengan kantong mereka.

Di tempat asal mereka yakni Kuningan, burjo yang beristilah warkop di sana, kurang begitu berkembang sehingga para pedagang tersebut memilih untuk mencari daerah lain untuk peruntungan, hal tersebut yang menjadi alasan mereka untuk datang ke Yogya. 

Selain itu warga Kuningan memilih berjualan burjo di Yogyakarta alasannya karena, menurut mereka Yogyakarta itu nyaman, lingkungannya enak, dan secara umum sosialisasi dengan masyarakat sekitar lebih mudah. Menurut mereka tidak ada hal yang terlalu mengganggu untuk hidup di Yogyakarta.

Saat ini warung burjo telah menjamur di kota Yogya, tiap tahun warung burjo semakin bertambah. Hampir di setiap jalan akan kita dapati warung burjo, bahkan saat ini telah ada sekita 2000 outlet/ warung burjo di kota Yogyakarta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun