Kebencian memuncak itu masih ada.
Bahkan ketika layar masa lalu itu melintas, rasa benci seketika berubah menjadi rasa "jijik".
Bukannya aku sengaja, atau tidak berusaha mengikhlaskannya.
Aku bahkan terus merayu diriku sendiri, "Ayolah, maafkan..dan lupakan.."
Aku sempat percaya, kalau aku sudah berhasil melakukannya.
Bukan salahku, jika bayangan kelam itu masih bergelayut dan memprovokasiku.
Jangan senang dulu!
Karna aku tidak akan membiarkannya meracuni pikiranku.
Sebut aku KONYOL, jika tak bisa melakukan itu!
Karna pada akhirnya nanti, aku akan benar-benar mamaafkan dan melupakanmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H