"Hidup itu layaknya mendaki sebuah gunung. Perlu perjuangan untuk meraih puncaknya."
Siapa yang tidak asing dengan kata-kata itu? Â Yah, kata-kata itu mungkin sudah tidak asing di telinga kita, termasuk saya pribadi.
Mengapa hidup itu dikatakan seperti mendaki sebuah gunung? Apa filosofinya?
Seperti yang kita tahu, bahkan yang belum pernah mendaki gunung, pasti tahu bahwa dalam pendakian, kita tentu akan dihadapkan berbagai rintangan, dari dinginnya kabut, setapak yang terjal, gelap, kesunyian dan belum lagi ketika cuaca buruk menyerang dan tentang segala tantangan yang menyerang mental dan fisik kita.
Tetapi hal itu akan dibayar tuntas oleh pemandangan yang didapat ketika sampai di puncak gunung. Keindahan matahari terbit, samudera awan, bintang yang bertaburan di malam hari, kebersamaan dan kekeluargaan.
Kurang lebih begitulah penggambaran tentang hidup bahwa hidup ini berat, berat sekali. Tetapi, pasti juga akan ada momen di mana segala jerih payah kita akan terbayar saat tujuan dan impian kita tercapai.
Hidup adalah perjalanan yang penuh dengan lika-liku, tantangan dan kejutan. Bagaimana kita menghadapi dan menikmati setiap momen dalam kehidupan ini sangat bergantung pada perspektif dan sikap kita terhadap kehidupan.
Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi konsep seni menikmati hidup, yang pada dasarnya mengajak kita untuk hidup dengan penuh kesadaran dan kebahagiaan, seperti menari melalui tiap langkah.
Seni menikmati hidup bukan hanya tentang mencapai tujuan atau mencapai keberhasilan, tetapi juga tentang cara kita menjalani perjalanan ini.
Hidup seperti mendaki gunung, sekali lagi.