Dalam simpuh pagi yang teduh
kau datang bagai pohon rindang
menawarkan teduh di tengah terik
mengajarkanku percaya pada pelukan angin
Namun, di balik daun-daun itu
terselip duri yang tak terlihat
tajamnya membungkam dalam keheningan
menusuk perlahan, tanpa ampun
Aku berdiri di hamparan abu
dari api yang kau nyalakan diam-diam
kau bukan angin yang menyejukkan
Melainkan engkau adalah angin fhon
Kini kututup lorong ke hatiku
tak lagi kubiarkan topeng memimpin
karena teduh yang palsu lebih kejam
dari terik yang jujur dalam sinarnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H