Mohon tunggu...
Miming Tata Muluda
Miming Tata Muluda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Lampung

Saya seorang mahasiswi yang sedang menempuh pendidikan S-1 Ilmu Kelautan di Universitas Lampung, Provinsi Lampung.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Bakteri Kitinolitik: Kunci Mengatasi Masalah Limbah dengan Cara Alami

14 Desember 2024   18:30 Diperbarui: 14 Desember 2024   18:36 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Limbah pada pemukiman warga di perairan kunyit (Sumber: Tribun bandar lampung)

           

      Limbah organik merupakan salah satu masalah lingkungan yang semakin mendesak dihadapi oleh masyarakat, terutama pada masyarakat pesisir. Pertumbuhan populasi yang pesat dan peningkatan aktivitas industri, pariwisata serta pertanian telah menyebabkan akumulasi limbah organik yang signifikan pada perairan pantai gunung Kunyit. Limbah ini, jika tidak dikelola dengan lebih baik, dapat mengakibatkan pencemaran tanah, air, dan udara, serta mengganggu keseimbangan ekosistem yang sangat signifikan terhadap lingkungan pemukiman warga. Oleh karena itu, diperlukan metode pengelolaan limbah yang efektif dan ramah lingkungan untuk mengurangi dampak negatif tersebut (Innas, 2021).

      Salah satu pendekatan yang menjanjikan adalah pemanfaatan mikroorganisme, khususnya bakteri kitinolitik, dalam proses pengolahan limbah. Bakteri kitinolitik memiliki kemampuan unik untuk memecah kitin, polisakarida yang terdapat pada ekoskeleton serangga dan dinding sel jamur. Proses ini tidak hanya membantu dalam mengurangi volume limbah, tetapi juga menghasilkan senyawa yang dapat dimanfaatkan oleh mikroorganisme lain dalam siklus dekomposisi. Selain itu, produk akhir dari proses kitinolitik dapat meningkatkan kesuburan tanah dan mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga memberikan manfaat tambahan bagi pertanian. Temuan ini bertujuan untuk observasi mengidentifikasi bakteri kitinolitik yang diisolasi dari perairan Pantai Kunyit, Provinsi Lampung. Kegiatan ini dimulai dengan pembuatan media TSA kemudian dilanjutkan dengan tahap inokulasi bakteri (pemindahan bakteri dari media lama ke media baru). Media TSA yang sudah dibuat kemudian di beri sample air laut yang bersal dari laut Kunyit dan di inkubasi selama 24 jam.

      Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa dari sampel perairan Pantai Kunyit, apabila di bandingkan pada penelitian (Prasetyo, 2024) menunjukan kesamaan pada bentuk, tekstur serta warna pada koloni hasil isolat yang di lakukan terlihat pada gambar 1 dan gambar 2. Dimana gambar ini menunjukan perbandingan penelitian yang dilakukan dan penelitian yang (Prasetyo, 2024) lakukan.


Gambar 1. Hasil penelitian Prasetyo, 2024 di perairan payau Kendari, Sulawesi tenggara (Sumber: Jurnal penelitian Prasetyo, 2024).
Gambar 1. Hasil penelitian Prasetyo, 2024 di perairan payau Kendari, Sulawesi tenggara (Sumber: Jurnal penelitian Prasetyo, 2024).

   

 Gambar 2. Hasil Isolat pada perairan  Kunyit, Provinsi Lampung (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
 Gambar 2. Hasil Isolat pada perairan  Kunyit, Provinsi Lampung (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Bakteri Vibrio parahaemolyticus (Sumber: Fajriani, 2018).
Bakteri Vibrio parahaemolyticus (Sumber: Fajriani, 2018).

      Hasil pengamatan terhadap bentuk morfologi koloni bakteri kitinolitik yaitu bentuk koloni Vibrio parahaemolyticus tidak beraturan, dengan warna putih susu sedikit kuning dan tekstur yang halus. Koloni ini berbentuk koloni bulat dengan tepi yang rata dan elevasi yang bervariasi. Hasil ini terlihat hampir sama pada penelitian (Prasetyo, 2024) maka didapat seluruh isolat berbentuk bulat, pertumbuhan koloni dengan ciri-ciri yaitu koloni berbentuk basil, warna koloni putih, permukaan halus serta elevasi yang cembung, hampir semua isolat memiliki bentuk tepian koloni yang rata, ukuran koloni diperoleh dari ukuran yang paling kecil yaitu 1,0 mm namun rata-rata ukuran dari masing-masing koloni adalah 2,0 mm sebagian besar isolat berwarna putih susu  dan semuanya bersifat gram positif. 


        Dengan mengintegrasikan bakteri ini dalam sistem pengolahan limbah, kualitas air dan tanah dapat ditingkatkan, yang berkontribusi pada keberlanjutan ekosistem. Di samping itu, pemanfaatan bakteri kitinolitik dapat mendorong masyarakat untuk mengadopsi praktik pengelolaan limbah yang lebih baik. Sehingga meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem. Dengan demikian, bakteri kitinolitik tidak hanya menawarkan solusi inovatif untuk pengolahan limbah, tetapi juga berperan penting dalam menjaga kesehatan dan keberlanjutan lingkungan secara keseluruhan.


        Hasil dari pengamatan ini dalam konteks kesehatan ekosistem, penggunaan bakteri kitinolitik dapat berkontribusi pada perbaikan kualitas tanah dan air, serta mengurangi risiko pencemaran yang disebabkan oleh limbah organik. Dengan memanfaatkan kemampuan alami pada bakteri ini, diharapkan dapat tercipta solusi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan dalam pengelolaan limbah organik.

REFERENSI:

Innas, S. A. (2021). Analisis Kandungan Mikroplastik Pada Sedimen Pantai Sukaraja Kota Bandar Lampung. (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

Prasetyo, S., Fusvita, A., Aisa, S., & Ningsi, N. W. D. (2024). Isolasi dan identifikasi bakteri kitinolitik pada air payau di Sulawesi Tenggara. Prosiding Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Teknologi Laboratorium Medik Indonesia, 3, 140-146.

Idris, S. A., Rasak, A., & Ado, M. S. (2023). Isolasi dan identifikasi bakteri kitinolitik pada air payau menggunakan media kitin dari tulang sotong. JKEMS-Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(1), 70-74.

Nurfauziah, Z., Nursidik, A., Sukiyas, A. F., & Munthe, D. T. A. (2023). Potensi  Bakteri Kitinolitik Sebagai Agensia Hayati Pengendali Fitopatogen Colletotrichum spp. Penyebab Penyakit Antraknosa Pada Tanaman Hortikultura: Literature Review. In Prosiding Seminar Nasional Ketahanan Pangan, 1(1):128-137.

Fajriani, B., & Budiharjo, A. (2018). Isolasi dan identifikasi molekuler bakteri antagonis terhadap Vibrio parahaemolyticus patogen pada udang Litopenaeus vannamei dari produk probiotik dan sedimen mangrove di Rembang. Jurnal Akademika Biologi, 7(1), 52-63.

PENULIS:

Miming Tata Muluda (Universitas Lampung); Ketut Manis Wulandari (Universitas Lampung); Muhammad Fadhlansyah (Universitas Lampung); Abid Zhafran (Universitas Lampung); Rahma Nur Hasna Safetya Hidayat (Universitas Lampung).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun