Mohon tunggu...
MITA WIDIAH
MITA WIDIAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Suku Jawa

Hobiku membaca

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Realitas Judgemental

9 Juli 2021   09:47 Diperbarui: 9 Juli 2021   09:57 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia adalah makhluk jasmani dan rohani yang memiliki akal dan kapasitas-kapasitas yang luar biasa. Aneka kapasitas yang dimiliki manusia termasuk kapasitas berpikir kritis dan kapasitas kreatif. Pada dasarnya semua manusia dapat berpikir kritis dan berpikir kreatif. Namun, hal tersebut hanya baru potensi saja, dan potensi harus diaktualisasikan, harus di realisasikan.

Salah satu kapasitas manusia adalah kapasitas untuk memahami dunia ini. Kapasitas yang paling tinggi yang dimiliki manusia adalah kapasitas untuk berkolaborasi, kapasitas untuk mencintai, kapasitas untuk menyayangi termasuk didalamnya adalah kapasitas spiritual.

Ketika memahami mengenai realitas dunia ini bahwa ada sesuatu yang tidak bisa di indera di balik realitas yang bisa kita indera. Hal yang harus di perhatikan dari realitas dunia ini adalah bukan sekedar mencari sesuatu yang  hanya dapat di indera, tetapi apa yang ada di balik sesuatu yang bisa di indera, apa yang tidak kelihatan secara indera ? itulah yang harus di cari. Karena biasanya yang tidak bisa di indera itu justru punya kekuatan yang luar biasa, punya kekuatan yang mempengaruhi. Rasional judge mental dalam hal ini contohnya : Ketika berteman janganlah melihat sekedar penampilan atau fisik nya saja, tetapi lihatlah apa yang ada dibalik penampilannya itu. Karakter, kompetensi, itulah yang penting. Justru karakter inilah yang mempunyai kekuatan luar biasa yang mempengaruhi.

Sebagai manusia kita harus memahami dan mengenali potensi kita, mengenali kapasitas kita, mengenali kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri  kita, mengenali keterbatasan kita, mengenali juga bahwa diri kita adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar.

Kaum sufi mengatakan" siapa yang mengenali dirinya sendiri maka dia akan mengenali Tuhannya".

Apabila kita menyadari bahwa diri kita sendiri merupakan instrumen yang menentukan hidup kita, maka kita harus memahami bagaimana kita menggunakan akal dan nilai nilai yang kita anut. Dari pikiran, nilai-nilai, dan pengetahuan yang kita anut, itulah kita menjalani hidup.

Diatas pintu masuk kuil Apollo terdapat tulisan "Kenali Dirimu". Socrates adalah seorang filsuf yang sangat antusias dengan pesan tersebut. Socrates pernah bertanya kepada sahabatnya yaitu Euthydemus, apakah ia memperhatikan tulisan yang ada diatas pintu masuk kuil Apollo tersebut? Sayangnya Euthydemus tidak memperhatikan tulisan tersebut karena ketika disana ia berebut antrian untuk bertemu dengan sang peramal suci. Soctares meminta sahabatnya Eusthydemus untuk merenungkan pesan tersebut "Kenali Dirimu" karena untuk Socrates itu adalah hal yang penting yang akan menentukan makna dari nilai hidup seseorang. Kita semua sebagai manusia dituntut untuk membuktikan apa makna  dan hakikat hidup kita dan siapa diri kita sebenarnya dalam hidup ini ? Apakah kita bernilai ? Apa yang membuat kita bernilai? Apa nilai kita bagi orang-orang disekitar kita? Apakah kita bermanfaat? Atau justru merugikan untuk orang lain? Pada kenyataannya mengenali diri sendiri bukanlah hal yang mudah, sampai perlu di bantu para ahli dibidangnya untuk mengenali diri, minimal dalam hal kecerdasan, minat dan bakat melalui psikotes. Untuk mengenali diri kita harus melalui proses yang panjang. Setiap hari kita harus selalu mengevaluasi diri kita sendiri sebagaimana Socrates yang terus mencari kebenaran. Bagi Socrates pengetahuan kita tentang diri sangatlah sedikit. Manusia perlu untuk menyadari kebodohannya sendiri untuk terus belajar. Dengan terus belajar manusia akan terus mengembangkan dirinya. Paling tidak menjadi semakin percaya diri dan menghargai diri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun