Semua muslim pasti pernah mendengar, atau malah pernah menyentuh batu hitam yang ada di sudut timur ka’bah, al Hajr al Aswad. Jemaah haji yang sedang mengerjakan tawaf di Ka’bah berusaha untuk berhenti dan mencium batu hitam ini jika memungkinkan, mengikuti tradisi yang dilakukan Nabi Muhammad. Batu hitam ini dipercaya muslim berasal dari jaman Adam dan Hawa. Berwarna gelap, permukaannya halus karena sentuhan berjuta jemaah haji. Ada yang bilang ini adalah pecahan meteor, walau harus dibuktikan lebih lanjut. Batu hitam terdiri dari beberapa potongan yang disatukan dengan bingkai perak dan dipaku ke batu tersebut. Potongan-potongan kecil disemen membentuk sekitar tujuh atau delapan potongan yang terlihat sekarang. Potongan batu yang terlihat berukuran sekitar 20 cm x 16 cm, sedangkan ukuran tepatnya kurang jelas karena laporan yang berbeda-beda karena barangkali batu sudah dimodifikasi. Pada abad ke 10 dikatakan tinggi batu ini sekitar 0.5 m. Laporan pada abad ke 17 mengatakan ukuran batu sekitar 1.4 m x 1.2 m. Pada abad ke 18 Muhammad Ali mengatakan ukuran batu 0.76mx 0.46m. Dalam Sirah Rasul Allah Ibnu Ishaq menceritakan kisah suku-suku di Mekah yang sedang merenovasi Ka’bah setelah kebakaran. Para ketua suku berselisih siapa yang lebih berhak untuk mengangkat batu hitam ini ketempatnya semula. Akhirnya nabi Muhammad yang ketika itu berusia 35 tahun dan belum mendapatkan wahyu kenabian menaruh batu hitam diatas sepotong kain dan seluruh ketua suku mengangkat ujung-ujung kain untuk mengangkat batu tersebut bersama-sama. Batu ini sudah mengalami penodaan dan kerusakan selama berabad-abad. Ketika Mekkah dikepung oleh Bani Umayah pada tahun 756 dikabarkan batu ini hancur berkeping-keping kena ketapel batu berapi. Potongan-potongan ini disatukan kembali oleh Abdullah bin Zubair menggunakan pengikat perak. Pada tahun 930 batu ini dicuri oleh para Qaramit (Syiah Ismaili) yang membawa batu hitam ke Hajar (daerah Bahrain sekarang). Pemimpin Qaramit Abu Tahir al Qarmati menyimpan batu hitam di mesjidnya al Dirar dengan tujuan membelokkan para jemaah haji ketempatnya. Tapi hal ini tidak berjalan sesuai rencana karena para jemaah tetap datang ke Mekkah dan mencium lubang bekas batu hitam itu. Batu itu akhirnya dikembalikan 23 tahun kemudian pada tahun 952. Batu ini dikembalikan dengan tebusan yang besar dan dikembalikan dalam kantong pada shalat Jumat di Kufah dengan catatan: “Dengan perintah kami mengambilnya, dengan perintah kami mengembalikannya”. Pencurian ini membuat batu hitam bertambah rusak keadaannya terpecah menjadi tujuh bagian. Abu Tahir sang pencuri batu hitam dikabarkan mendapat penyakit koreng terbuka, dagingnya dimakan cacing dan meninggal dengan mengerikan. Batu ini juga menjadi obyek perusakan. Pada abad ke 11 seorang pria yang disuruh kalifah Fatimid Hakim bin Amrullah mencoba menghancurkan batu hitam tapi bisa dibunuh ditempat, mengakibatkan kerusakan kecil saja. Pada tahun 1674 sesorang dikabarkan menaruh kotoran di batu hitam sehingga orang yang menciumnya jengggotnya belepotan kotoran. Muslim Syiah dituding sebagai pelakunya dan terus mengalami kutukan dari muslim lain selama berabad-abad kemudian. Tetapi petualang Sir Richard Francis Burton meragukan mereka yang melakukannya, malah mungkin orang Yahudi atau Yunani fanatik. Di Istambul Turki terdapat enam potong batu hitam yang diklaim sebagai bagian dari batu hitam ini. Satu potong dipamerkan di mihrab Mesjid Biru, satu dipasang di pintu masuk ke makam Sulaiman yang Agung, dan 4 buah di Mesjid Sokullu Mehmet Pasha (satu di mihrab, satu masing-masing dibawah dan diatas mimbar, satu lagi dipintu masuknya). Terbuat dari apakah batu hitam ini masih menjadi perdebatan. Dia digambarkan sebagai batu basal, batu akik atau gelas alami atau, yang paling popular, sebuah meteorit. Ada sifat batu yang terungkap dari sejarawan jaman dahulu. Pada tahun 951 dilakukan pembuktian apakah batu yang dicuri ini betul batu yang sama yang sudah diculik selama 22 tahun yaitu sifat batu ini yang bisa mengapung di air. Ini mengesampingkan dugaan bahwa batu ini terbuat dari akik, lahar basal atau meteorit. Kemungkinannya adalah batu ini terbuat dari gelas atau batu apung. Sumber: Wikipedia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H