Mohon tunggu...
Mita
Mita Mohon Tunggu... Administrasi - Kerja dari rumah.

Minat yang terlalu sering berubah-ubah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Agama yang Universal

8 Desember 2009   05:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:01 1088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Altered Reality VI - Pattern against Conformity

gambar dari yushimoto_02 Semenjak kenabian Ibrahim manusia berusaha menjadi monotheis. Bangsa Yahudi dengan tauratnya diyakini sebagai pionir dalam menganut monotheisme. Ketika kekristenan dimulai di Yerusalem, Kristen awal pun merupakan yahudi Kristen. James the just (Ya’acov the tzaddik) adalah saudara tiri Yesus yang mengepalai gereja Kristen pertama di Yerusalem. Paul dari Tarsus diberi mandat untuk menyebarkan Kristen ini bagi kalangan non yahudi/gentile/kafir. Terdapat perbedaan-perbedaan prinsip tentang hukum-hukum yahudi, apakah harus diterapkan kepada kaum gentile ini atau tidak. Akhirnya diputuskan dalam Konsili Yerusalem awal ini bahwa umat Kristen Paul boleh tidak disunat tetapi mereka tetap harus mengikuti pantangan makan yahudi dan hukum yahudi yang lain. Dalam perjalanan sejarah, akhirnya gereja yang dipimpin St Paul lah yang semakin berkembang dan pengikutnya bertambah banyak. Paul sangat berperan dalam mengembangkan agama Kristen ini, dia melakukan banyak sekali perjalanan untuk misinya. Sedangkan gereja Kristen yahudi awal malah hilang perlahan-lahan. Ajaran Paul yang lebih universal tampaknya memenangkan kompetisi pengembangan agama ini. Paul mempunyai pendapat bahwa orang yang bergabung dengan gereja kristennya tidak perlu menjadi yahudi, disunat, mengikuti pantangan makan yahudi atau mematuhi hukum-hukum yahudi. Hal ini sangat menarik bagi masyarakat non yahudi, yang juga tertarik dengan nilai positif hukum sebagai panduan moralnya. Lalu datang islam. Islam juga mengusung isu-isu universal seperti keadilan, kesejahteraan dan membantu orang-orang yang lebih lemah dalam masyarakat. Juga ajaran ini lebih simpel daripada kekristenan Paulus yang dipenuhi banyak dogma yang barangkali menarik untuk masyarakat dahulu, tetapi bisa tampak usang bagi beberapa orang. Dalam perkembangannya islam memang menyebar dengan cepat meliputi benua afrika dan asia. Perkembangan ini dipicu oleh kekhalifahan islam yang menaklukkan sebagian benua asia, afrika dan sedikit eropa. Ajaran islam yang universal ini tetapi pada akhirnya menjadi tidak universal lagi ketika ia banyak menerapkan hukum-hukum yang ‘keyahudi-yahudian' dan 'kearab-araban’. Ajaran al quran yang universal menjadi tersempitkan dengan berbagai macam aturan. Kembali dari melihat sejarah perkembangan Kristen, keuniversalan ajaranlah yang membuat suatu agama berkembang. Isu-isu yang selalu menarik dan bertahan sepanjang jaman pastilah dalam hal keadilan, kesejahteraan bagi semua dan bantuan bagi orang-orang lemah dalam masyarakat, kesenjangan yang kecil dari kaum yang kaya dan miskin. Jika islam mau belajar dari sejarah, maka islam haruslah universal untuk bisa berkembang. Dia harus bisa diterima di lintas negara, lintas pemerintahan, lintas geografis. Kalau ajaran itu hanya bisa diterapkan dibeberapa negara tertentu, maka dia tidak universal. Barangkali ada yang mempertanyakan, sebegitu pentingkah universalitas, apakah dia harus mengorbankan inti dari pengajarannya sendiri. Jawabannya terserah kepada muslim sendiri. Apakah mereka yakin bahwa inti ajaran mereka universal? Keterangan: Definisi universal: sesuatu yang penerapannya melingkupi seluruh dunia, perilaku atau pola karakter dari keseluruhan umat manusia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun