Mohon tunggu...
Misya Fathia
Misya Fathia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Belajar menjadi creator

Saya senang membuat karikatur anime, edit video dan menulis cerpen

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Janji Dian

3 Desember 2023   10:30 Diperbarui: 3 Desember 2023   10:31 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku terbangun, membuka mataku. Bau-bauan obat terhirup oleh nafasku. Rasa sakit dan denyutan yang tak karuan berada di seluruh bagian tubuhku. Bertanya pada diriku tentan apa yang terjadi sebelumnya? Mengapa aku bisa berada di dalam rumah sakit? Kepalaku yang diperbankan semakin berdenyut nyeri karna berusaha mengingat kejadian kemarin, atau pun beberapa hari yang lalu. Namun, nihil, aku tak bisa mngingatnya bagaikn terkena dimensia.

            “Dian, kamu udah sembuh, Nak?” tanya seseorang kepadaku. Aku tidak melihat wajahnya, aku hanya mendengar suaranya yng terasa familiar di telinga ku. Ingin ku jawab pertanyaan itu, tapi seluruh badan terasa lemas, jadi bibir pun tak mampu untuk bergerak menjawab pertanyaan itu.

            “Dian, saya sangat bersyukur kamu dapat selamat dari hal kemarin, Nak.” Celetuk seorang itu. Apa yang dimaksud oleh orang itu? Kejadian? Kejadian apa? Aku bertanya-tanya di dalam kepalaku. “Kau pasti kebingunan, Dian. Kasihan sekali. Biar saya bantu untuk mengingatkan Dian kembali akan apa yang terjadi pada saat itu.” Tutur orang itu. Tanpa aba-aba yang jelas, ia, sosok orang itu menutup paksa mataku menggunakan tangannya. Seketika semuanya gelap.

***

            Terbuka kembali mataku tanpa seizinku dengan jelas dalam keadaan terduduk di ruang yang tampaknya ini adalah ruang kerja, tunggu, bukannya aku ada di rumah sakit? Dan ku baru saja berumur 16 tahun, mengapa memakai baju kerja bak guru ini dan berada di sini?

            “Hei! Kau ga kerja? Ga masuk kelas ngajarin anak-anak? Kasihan mereka udah nunggu, tuh” tegur seorang guru kepadaku menyuruhku untuk masuk kelas pagi. Aku tiba-tiba menjadi guru. Ah, mungkin ini adalah sebuah mimpi. Batinku.

            “Eh, Ibu, Iya, ini mau masuk untuk ngajar, kok. Hanya ketiduran bentar, kecapean, maklum, punya anak.” Ngawurku. “Anak? Kamu kan masih single.”

            “Maksudnya ponakan, bu. Hehe,” jawabku singkat dan langsung menuju kelas untuk diajarkan anak-anak murid di sekolah ini. Mampus, aku mengajar di kelas yang terbuang, alias anak muridnya nakal-nakal semua. Tunggu, ini bukannya sekolahku, dan ini kelasku sepertinya?

***

Aku memasuki kelas dengan sopan. “Selamat pagi, anak-anak.” Sapaku kepda mereka. Acuh tak acuh sikap mereka kepadaku, malah asyik bermain kartu. “Wir, jadi gini, Wir. Perhatikan dulu ga sih. Ada guru ni bro di depan.” Aku berhasil menarik perhatian mereka untuk tertuju kepadaku dengan bahasa gaul. Berarti aku harus mengajar sesuai dengan tren, agar mudah diajari.

            “Gaul juga nih Ibu-Ibu,” shit, ia memanggilku ibu-ibu. “Kalian mau ngapain hari ini? Hari ini Ibu beru kalian free time, but jangan terlalu bebas. Kalau mau bermain, Ibu mau join juga.” Kataku. Jujur aku tak tahu bagaimana cara mengajar dengan baik dan benar. Jadi, aku ajak mereka untuk bermain-main saja. Hal yang paling ku sukai, yaitu bermain ketika guru menjelaskan. Tapi rasanya sakit hati juga, ya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun