Mohon tunggu...
Mixs
Mixs Mohon Tunggu... -

Hingga sampai aku tak kaku dimakan waktu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Malam Jakarta

23 Juni 2016   21:19 Diperbarui: 23 Juni 2016   21:32 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam di kota Jakarta terkadang sangat sendu. Aku tidak bisa membedakan antara kota yang berpijar atau kota yang murung. Mereka yang di jalan hanya berlalu lalang, bertemu ribuan mata setiap hari,bertemu jiwa baru setiap hari, tapi tak terlihat. Mata mereka terlalu sibuk mencari apa yang harus dilakukan hari ini?

Mereka tidak menipu, mereka tidak jahat, mereka hanya lupa cara bahagia, wajah mereka lelah dimakan keringat, tubuh mereka dilahap lelah. Meski banyak penghiburan yang lebih ceria, terkadang luka adalah pengisi waktu yang setia.

Kurasa aku jatuh cinta kepada kehidupan di kota ini. Aku manusia perindu di kota yang sendu, mencari sesuatu yang tak kutau apa,tapi ada di sini. Mereka yang lupa cara bahagia,pasti telah lama tidak jatuh cinta ke kehidupan. Lupa jika hidup hanya bahagia yang perlahan mati,dan duka yang perlahan hidup.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun