Mohon tunggu...
Pandji Wirabumi
Pandji Wirabumi Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional Modificator

semakin banyak aku tau, maka semakin aku tidak tau, ada semesta dikepalaku..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Empat Lima Juang, Tujuh Enam Jurang

27 Agustus 2021   10:59 Diperbarui: 27 Agustus 2021   11:06 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Biduk negeri berlayar gamang, sepuluh deras ombak naik pitam menghempas ke haluan..

Teriakan ngeri, pekikan bimbang, sauh mengayun panik kayuh dayung berusaha ke tepian..

Tak ada iba tak ada upaya dari orang yang lalu lalang lintang pukang, tak kenal engkau dengan rasa kasihan..

Sibuk asyik masyuk urusan sendiri, ah..yang penting perutku kenyang masa bodoh  tentang perjuangan..

Toh..bendera sang saka sudah kukibarkan, itu artinya nasionalismeku sudah sangat lumayan..

Cinta negara cinta bangsa cerita lama, cintai saja dirimu sendiri..pundi-pundi upeti, itu yang perlu diamankan..

Hiduplah sendiri-sendiri, hedonisme kapitalisme jadi raja, dunia itu untuk selamanya, tak perlu intip dibalik tingkap indah beludru itu darah juang terus tersembur dan berceceran..

EPILOG

Kulihat disana Ibu Pertiwi sedang bersusah hati, menunggumu datang berlari dengan kasih sayang dan memberinya hangat pelukan..

Air mata rindu jatuh luruh tlah menggenang, membasahi bekas luka lama dalam kenangan.....

(#PrayFor76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun