"Nuel, apa kamu bahagia?" tanya Ibu saya sambil membetulkan tali infus di tangannya yang membengkak kebiruan karena sudah dua bulan ginjalnya tidak berfungsi.
"Iya Bu, saya bahagia dengan hidup saya."
"Nuel...apa kamu bahagia?" kembali Ibu saya bertanya sambil berusaha menarik nafas dalam.
"Iya Bu, saya bahagia dengan hidup saya."
Sepanjang malam itu, Ibu saya terus menanyakan pertanyaan yang sama, dan saya terus mengulang jawaban yang sama.
Tiga minggu kemudian, Ibu meninggal dunia.
Setiap orang tua menginginkan anaknya bahagia. Mereka melakukan apapun demi anaknya bahagia. Mulai dari membekali ilmu agama, cara bersosial hingga pendidikan formal yang tinggi.
Hal ini selaras dengan indikator yang di gunakan PBB untuk mengukur kemajuan suatu bangsa.
Ibu saya juga demikian. Melakukan yang bisa dilakukannya untuk kebahagiaan anaknya.
Saya ingat waktu masih kecil, setiap pagi jam 4.30 saya sudah dibangunkan untuk ibadah bersama.
Ibu juga sering menasihati saya terkait dengan pekerjaannya sebagai guru.