Mohon tunggu...
Edi Winarno AS
Edi Winarno AS Mohon Tunggu... Lainnya - Terus Belajar

Menyukai Dunia Tulis-Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memilih Energi Matahari sebagai Solusi

17 Agustus 2017   19:56 Diperbarui: 17 Agustus 2017   20:18 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya termenung dengan kata-kata John F. Kennedy dalam sebuah pidato kenegaraannya sebagai presiden AS ke-35, 20 Januari 1961: "Jangan tanyakan apa yang Negara dapat perbuat untuk Anda, tetapi tanyakanlah apa yang dapat Anda perbuat untuk Negara!"

Saya merasa sangat kerdil dan merasa bagaikan butiran pasir di laut, yang tak berarti apa-apa dalam hal sumbangsih pada bangsa dan negara jika dibandingkan dengan para pahlawan yang telah gugur membela bangsa ini.

Para pahlawan bangsa telah mengorbankan segalanya, harta, jiwa, raga dan bahkan nyawanya demi meraih kemerdekaan Indonesia. Saya merasa belum apa-apa. Masih jauh dari harapan. Sementara, negara telah menanti sumbangsih tenaga, pikiran dan kreatifitas anak-anak negeri, termasuk saya.

Saya merinding ketika membayangkan bagaimana para pahlawan saat berjuang melawan penjajahan. Semangat pekik kemerdekaan tetap menggema dari mulut-mulut dahaga para pahlawan bangsa, namun nyawanya seolah berada diujung senjata. Sementara itu di rumah, keluarga, anak dan istrinya dengan sabar menanti kehadirannya. Bahkan banyak yang gugur di medan laga, mengorbankan nyawa dan pulang hanya tinggal nama.

Melalui ajang Kompasiana17an ini, saya ingin berbagi kepada khalayak bahwa sekecil apapun yang telah kita perbuat, termasuk saya, itu adalah sebuah bentuk partisipasi yang sangat berarti demi terwujudnya bangsa dan negara Indonesia yang maju, berdaulat, adil dan makmur.

Beberapa waktu lalu, saya sangat prihatin melihat kondisi salah satu pelosok dusun di sebuah desa di Kabupaten Batang, Provinsi                   Jawa Tengah. Untuk menjangkaunya saja saya harus berjalan kaki menuruni lereng-lereng terjal. Sungguh ironis, di tengah kemajuan teknologi, Dusun tersebut belum juga teraliri listrik. Lalu bagaimana anak-anak dapat belajar...???

Saya ditugaskan oleh pimpinan untuk membuat sebuah proposal tentang bagaimana memecahkan persoalan ini. Dengan dilengkapi data-data yang ada, kami kirimkan proposal tersebut ke pemerintah pusat. Dan kami bersyukur karena mendapatkan respon dan akan mendapatkan bantuan berupa listrik tenaga surya.

Memang umumnya pemanfaatan energi matahari melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya cukup tepat digunakan pada daerah pedesaan dengan skala kecil yakni menggunakan Solar Home System (SHS).Solar Home Systemadalah pembangkit listrik skala kecil yang dipasang secara desentralisasi (satu rumah satu pembangkit). Listrik harian yang dihasilkannya berkisar antara 150-300 Wp.

Saya sangat bersyukur karena dapat membantu warga dusun terpencil yang semula gelap gulita ketika malam tiba, akhirnya bisa setara dengan penduduk desa lainnya. Bagaimanapun juga listrik sudah menjadi salah satu kebutuhan pokok di jaman modern sekarang ini.

Anak-anak yang semula kesulitan belajar di malam hari, mereka sudah dapat belajar. Para orang tua yang ketika malam tiba sulit mengerjakan apa-apa, akhirnya bisa mengerjakan sesuatu untuk dapat menambah pendapatan mereka. Mereka kemudian membentuk sebuah paguyuban yang beranggotakan warga dusun setempat yang bersifat sosial terkait dengan adanya bantuan PLTS tersebut, sehingga dapat menopang pembiayaan-pembiayaan untuk perawatan dan lain sebagainya.  Wajah-wajah ceria terpancar, mereka sangat bahagia. Saya sangat bangga dan terharu.

Beberapa waktu kemudian, saya abadikan kisah saya terkait dengan pemanfaatan energi terbarukan dalam rangka mengatasi permasalahan listrik untuk daerah-daerah pelosok tanah air. Saya tulis sebuah karya tentang hal ini di media masa, baik majalah ataupun koran. Salah satu judul yang mengantarkan saya meraih sebuah penghargaan dari pemerintah (Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral) yaitu berjudul " Memilih Energi Matahari Sebagai Solusi". Ya, energi matahari dapat dijadikan salah satu solusi dalam rangka mengatasi permasalahan di daerah-daerah terpencil yang belum terjamah elektrifikasi.

Tak puas bakti saya untuk negeri, kemudian saya berjuang untuk mendapatkan beasiswa S2 agar saya dapat lebih banyak mengabdi untuk negeri. Saya bersyukur, saya mendapatkan beasiswa S2 dari pemerintah yang akhirnya mengantarkan saya untuk menjadi salah satu pendidik     di negeri ini.

Saya yakin bahwa profesi pendidik sangat mulia karena dapat membantu mencerdaskan bangsa dan Ikut melaksanakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sekali lagi kita ingat dengan kata-kata ini: "Jangan tanyakan apa yang Negara dapat perbuat untuk Anda, tetapi tanyakanlah apa yang dapat Anda perbuat untuk Negara!"

Mari kita bekerja, bekerja, dan bekerja. Merdeka!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun