[caption id="attachment_336801" align="alignnone" width="1600" caption=""][/caption]
Usaha Kecil Menengah, sebuah kata yang seringkali diungkapkan oleh para calon – calon pemimpin saat berkampanye. Ada yang menjanjikan penyediaan modal, upaya meminimalisir minimarket dan swalayan yang mulai menggusur keberadaan UKM, dan sebagainya. Tapi sadarkah bahwa hal itu tidak akan terjadi, jika tidak dimulai dari kita sebagai masyarakat? Karena pemerintah sejatinya tak bisa apa – apa kalau masyarakat juga tak ada yang mau mengembangkannya.
Tulisan ini berawal dari percakapan seorang anak muda dengan seorang ibu tua di salah satu gang sempit di Surabaya, ketika ia sedang melakukan penelitian. “Ibu, pekerjaannya apa?” Tanya anak muda itu. “Ah, biasa mas usaha kecil – kecilan”, Jawab ibu itu dengan tanggap. Pikirnya, kok bisa ya, rumah sekecil dan sekumuh ini dijadikan tempat jualan. Anak itu pun lanjut bertanya,”Ibu dapat modal darimana?”. Dengan muka agak muram ibu itupun berkata,”Pinjam dari koperasi, dek. Tapi ya.. gitu, bunganya sampai 30%, yah.. mau gimana lagi..”. Anak muda itu pun semakin sedih mendengarnya, dan akhirnya setelah ia mengakhiri percakapan, dan sampai di kos-kosan yang agak berantakan, ia mulai menghentakan jarinya di papan keyboard untuk menulis artikel ini.
Memang, modal merupakan jiwa bagi siapapun yang ingin berusaha. Bahkan seorang tukang becak pun harus mengeruk kocek yang dalam untuk menyewa sebuah kendaraan beroda tiga itu. Tapi dewasa ini, modal atau yang sering disebut sebagai capital semakin dihegemoni oleh sekelompok orang. Seakan entrepreneur hanya menjadi angan kosong bagi masyarakat menengah ke bawah.
Bagaimana tidak, sudah mencari modal sangat sulit karena tidak ada investor atau bank yang mau percaya, sekalipun ada, bunganya pun sangat besar. Berharap dari sanak keluarga pun, jumlahnya juga tidak terlalu besar. Belum lagi ditambah persaingan dengan perusahaan atau swalayan perkotaan yang semakin ganas. Mau tidak mau kondisi ini membuat UKM menjadi semakin kecil, dan kepercayaan sumber permodalan pun (baca: perbankan) semakin terkikis bahkan tidak ada lagi. Akhirnya terciptalah “Lingkaran Setan” yang menjerat UKM dan membuatnya selamanya menjadi kerdil dalam perekonomian global yang serba dinamis saat ini.
Kondisi terjadi sebenarnya disebabkan oleh beberapa hal, yakni:
1. Kesulitan akses terhadap sumber modal
2. Prospektusnya yang rendah, sehingga mengurangi minat investor untuk menanamkan modal
3. Tidak ada penghubung antara UKM tersebut dengan investor menengah (keuangannya)
4. Masyarakat tidak berfikir jangka panjang, cenderung mencari aman/tidak berani mengambil resiko. Sehingga cenderung hanya menyimpan uangnya namun tidak berani memutarnya untuk berinvestasi.
Beberapa persoalan di atas sesungguhnya dapat diatasi dengan beberapa alternative solusi berikut.