Ribut – ribut perkara taksi online, tidak seperti yang tampak di permukaan, sesungguhnya lebih dari perkara legal vs tidak legal, bayar pajak vs tidak bayar pajak, atau plat hitam vs plat kuning. Inti persoalannya ada pada filosofi bisnis itu sendiri. Rhenald Kasali, penggagas Rumah Perubahan, menyatakan bahwa yang terjadi adalah pertarungan antara model owned business dan shared business.
Owned Business adalah model bisnis dimana pemilik modal (tentu saja pemilik modal besar) merasa semuanya milik dia atau mereka (pemegang saham perusahaan). Karena merasa semuanya milik dia –mobilnya milik dia, poolnya milik dia, kantor milik dia, bahkan pengemudinya pun punya dia –yang terjadi adalah kesewenang-wenangan. Pada kasus si Burung Biru (BB), nilai setoran/target pemasukan ditetapkan sepihak sebesar sekitar Rp 550.000/hari, jumlah yang amat berat, bahkan sebelum taksi online hadir. Jika terlambat kembali ke pool, ada denda yang jumlahnya sangat signifikan buat kantong pengemudi yang sudah sejak subuh hingga tengah malam mati-matian mengejar target. Jika ada kejadian tak mengenakkan (tabrakan hingga mobil rusak, penumpang membayar kurang dari catatan argometer, ditipu mentah-mentah penumpang yang pura-pura ambil uang ke kamar apartemennya tapi tak kembali), perusahaan tak mau tahu. BB juga menciptakan kondisi saling mengintai kesalahan di antara sesama pengemudi. Jika seorang pengemudi mendapati pengemudi rekannya membawa penumpang tanpa argometer (sekalipun si penumpang adalah anggota keluarganya), ada imbalan Rp 250.000 untuk si pelapor. Singkat kata, kebijakan BB sangat sangat tidak ramah pengemudi (driver unfriendly). Tak heran, jika Anda melintas di depan pool BB di manapun, hampir selalu ada spanduk perekrutan pengemudi baru.
Shared Business, sebaliknya, adalah model bisnis di mana para pihak saling berbagi tanggung jawab. Pada kasus Grabcar, armada disediakan oleh pemilik mobil, dioperasikan, disimpan, dan dijaga oleh pengemudi. Model bagi hasil usaha dirundingkan antara pengemudi dan pemilik mobil; bisa dengan cara bagi hasil pendapatan atau sewa kendaraan harian, mingguan, atau bulanan. Adapun Grabcar, perannannya lebih sebagai penghubung antara calon penumpang dan pengemudi dan pemantau operasi kendaraan.
Dengan model shared business alias berbagi bisnis, Grabcar tak perlu modal untuk menyediakan armada, tak perlu pool untuk menyimpannya (poolnya adalah tempat tinggal pengemudi), tak perlu bengkel perawatan kendaraan (sudah ditangani oleh bengkel resmi kendaraan), tak perlu Satpam, Cleaning Service, dll untuk mengurusi pool, tak perlukeluar biaya pengadaan dan perawatan maupun tera ulang argometer (tugas argometer sudah diambil alih perangkat applikasi), dll.Â
Dengan keunggulan-keunggulan seperti itu, tak heran bila Grabcar atau Uber bisa menetapkan tarif yang sangat kompetitif & disukai penumpang. Terlalu naif bila keunggulan taksi online semata – mata dikarenakan aspek legalitas & pajak. Itu juga yang menyebabkan Grabcar atau Uber bisa membuat skema pengupahan yang lebih ramah pengemudi dari pada perusahaan taksi konvensional.
Jadi, bila perusahaan – perusahaan taksi konvensional itu ingin selamat & berjaya kembali, satu-satunya cara adalah BERUBAH! Tinggalkan model owned business yang semau gue itu dan terapkan model shared business atau bisnis bersama. Izinkan pengemudi membawa armada taksi Anda ke tempat tinggal mereka masing-masing. Tak perlu khawatir mereka akan membawanya kabur (Toh ada GPS yang bisa memantau kemana pun armada Anda pergi.Â
Buatlah skema yang membuat pengemudi memiliki armada yang mereka sopiri setelah 3-4 tahun mengoperasikannya (agar Anda tak perlu cemas mereka akan mengoplosnya), tutup bengkel di pool & serahkan perawatan kepada bengkel resmi merek mobil Anda. Dengan jumlah armada yang buanyak banget itu, Anda bisa mendapatkan diskon biaya servis dan suku cadang yang lumayan besar, kan? Copot argo dan ganti dengan sistem aplikasi dan flat tariff .Â
Dengan sistem tarif tetap, tidak akan ada kecenderungan pengemudi mengecoh penumpangnya dengan cara-cara lick; mengambil rute yang lebih jauh, pura-pura salah jalan, pura-pura salah keluar pintu tol dll. Lahan bekas pool dan bengkel bisa Anda alih fungsikan menjadi sumber income baru; resto cepat saji, ruko, hotel, gedung pertemuan, apa saja. Sekali lagi, berubahlah demi keselamatan bisnis Anda dan mereka yang mencari nafkah diperusahaan Anda. Menuntut penutupan usaha taksi online, melakukan atau mendorong demo dan aksi anarkis cuma membuang-buang waktu & energi. Bukan simpati tetapi antipati yang Anda dapat dari masyarakat yang notabene adalah calon pelanggan Anda. Seperti kata Rhenald Kasali, hanya ada dua pilihan; change or die, BERUBAH atau MATI!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H