Siapa yang tidak suka wisata? Keindahan, kebahagiaan, ketenangan, dan kepuasan bersatu diantaranya menjadi rekaman yang menarik dan menakjubkan dengan sejuta makna didalamnya. Karakter yang berbeda dalam diri akan menimbulkan persepsi yang berlainan, termasuk tentang destinasi lokasi wisata yang menarik. Bagi kaum pecinta wisata alam, Bogor menjadi salah satu pilihan paling tepat yang harus disinggahi. Kota hujan ini memberikan banyak pilihan bagi mereka yang haus akan keindahan dan keramahan lingkungan alam yang menyegarkan, seperti kawasan curug, taman dan kebun. Salah satu wisata alam yang patut direkomendasi adalah Curug Seribu yang berada di Kawasan Wisata Gunung Salak Endah. Sebenarnya di lokasi ini, masih ada curug lainnya, namun tempat yang paling menarik dan menantang adalah Curug Seribu. Singkat cerita, saya dan teman lainnya yang menamakan diri Sudunk Travel berangkat ke lokasi ini. Disepanjang jalan, kami dimanjakan dengan pemandangan yang indah berupa deretan sawah, perkebunan, ladang dan hutan-hutan kecil di perkampungan penduduk. Setibanya di pintu gerbang Gunung Bunder, kami harus membayar uang retribusi sebesar Rp.4.000,-/orang ditambah motor sebesar Rp.2.000,-. Setelah bertanya kepada petugasnya, ternyata kawasan Curug Seribu masih lumayan jauh dari lokasi tersebut. Disepanjang jalan menuju lokasi curug, kami melewati beberapa jalan masuk ke curug lainnya. Namun, untuk perjalanan kali ini, Sudunk Travel telah sepakat untuk menyinggahi Curug Seribu. Kami sempat kebingungan mencari lokasi pintu masuk Curug Seribu, karena letak papan petunjuknya yang kurang strategis. Setelah bertanya kepada penduduk setempat, kami pun diarahkan menuju lokasi yang dimaksudkan. Jalan menuju lokasi curug sedikit rusak dan berbatu, berbeda jauh dengan jalanan sebelumnya yang berlapis aspal mulus. Sampai di pintu gerbang curug, kami harus membayar uang retribusi lagi sebesar Rp.3.000,-/orang. Dilokasi tersebut tersedia tempat parkir, tidak terlalu luas namun masih cukup untuk puluhan motor pengunjung. Berjarak 100 meter dari lokasi parkir tersebut, terdapat deretan warung yang menjajakan berbagai makanan dan minuman. [caption id="attachment_191241" align="aligncenter" width="474" caption="Para petugas meminta retribusi masuk Curug Seribu"][/caption] Ternyata, lokasi curug tersebut lagi-lagi masih jauh dari lokasi parkir dan hanya bisa dicapai dengan jalan kaki. Kami pun menyiapkan beberapa barang yang akan dibawa seperti makanan, minuman, dan tentunya kamera untuk mengabadikan cerita perjalanan. Dengan lari-lari kecil, kami mendapati area yang cukup luas mirip lapangan, sepertinya dipakai untuk acara perkemahan atau kegiatan outbound. Berbicara tentang Curug Seribu, ada banyak pendapat yang muncul mengapa curug tersebut dinamai Seribu. Mungkin karena lokasinya yang berada kurang lebih 1 km atau 1000 meter lagi dari lapangan ini, atau juga karena di kawasan ini terdapat banyak curug-curug kecil lainnya. Kalau menurut saya, mungkin karena pengunjung harus menuruni kurang lebih 1000 anak tangga untuk mencapai lokasi curug yang kira-kira membutuhkan waktu 1 jam. Anak tangga yang saya maksudkan disini adalah bebatuan besar yang ada disepanjang jalan menuju curug. Di anak tangga paling atas, jalanannya begitu bagus dan cukup nyaman. Namun, setelah menyusuri jalanan sekitar 400 meter, kita akan dihadapkan dengan jalanan terjal dan licin, belum lagi ada jurang yang menganga disebelahnya. Kadangkala kami harus berpegangan pada akar atau batang pohon, untuk melewati jalanan yang kurang bersahabat. Sebelum mencapai lokasi, beberapa diantara kami sudah kelelahan, bahkan harus istirahat sejenak. Namun, suara air terjun yang mulai terdengar di bawah sana kembali membangkitkan semangat. Saya sempat berpikir untuk kembali naik keatas, tapi tidak mungkin juga mengingat lokasinya mungkin sudah dekat. Dan untuk apa jauh-jauh datang kesini, kalo tidak melihat langsung indahnya panorama alam di bawah sana. Sesekali kami bertemu dengan monyet-monyet kecil yang menghuni hutan tersebut. Beruntung, tas saya masih berisi banyak makanan dan akhirnya mencoba menggoda mereka. Saat suara gemericik air mulai terdengar deras, rasanya tak sabar segera sampai di lokasi. Kegembiraan pun tak terbendung lagi ketika akhirnya melihat indahnya air terjun yang berketinggian lebih dari 100 meter tersebut. Air terjun menghasilkan suara yang bergemuruh menghujam sungai yang ada di bawahnya. Lokasinya seperti tersembunyi dan memang masih terlihat kurang dari jamahan pemerintah. Tanpa berpikir lama-lama, kami pun langsung menuju kebawah untuk merasakan aliran air curug tersebut. Ternyata airnya bukan hanya terasa segar, tapi sangat dingin. Tak sampai disitu, beberapa diantara kami menuju sungai tepat dibawah tebing jatuhnya air tersebut. [caption id="attachment_191243" align="aligncenter" width="508" caption="Pesona Curug Seribu "]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H