Setelah kesepakatan terbentuk. Saya menemani Bold untuk mencari hotel. Hotel pertama yang kami datangi lumayan bagus. Bold tertarik buat melihat kamarnya. Cari hotel kaya mau cari istri aja, ada kriteria khusus. Harus ada air hangat buat mandi dan kudu ada terasnya. Hadeh ribet amat sih. Letak kamar di lantai dua. Bold minta saya nunggu di bawah sambil jaga tas. Ga lama kemudian dia turun dan bilang
" Harganya cocok, kamarnya bagus dan ada terasnya. Tapi dekat kabel listrik. Bahaya!"
Di Thailand kabel listrik gentayangan dimana-mana. Sama seperti di negara kita. Berbeda dengan di Singapura , kabel listrik ditanam. Alias di bawah tanah. Sehingga kota menjadi lebih rapih. Lagian kenapa juga bahaya. Ya... jangan dipegang kabelnya. Beres kan? Dia kan udah gede.
Jalan kesana-sini ga nemu hotel murah. Akhirnya nanya sama dua mbak-mbak yang lagi nongkrong di tempat pijat. Dress codenya si mbak, horor banget . Lagi-lagi si mbak ga ngerti. Mereka malah berdebat maksud dari pertanyaan kami. Saya dan Bold saling menatap dan hopeless. Kami memilih pergi meninggalkan mbak-mbak yang masih pada ribut. Semoga mereka ga tawuran .
Di tempat ketiga, seorang resepsionis merangkap marketing mungkin, mondar-mandir di depan hotel. Pria itu menawarkan kamar. Mukanya kaya orang India. Bold mampir dan melihat kamarnya. Saya nunggu dibawah dan ditemani orang India tadi. Terus dia menatap saya dari atas sampai bawah. Reseh banget sih nih orang. Tiba-tiba dia bertanya
"kamu muslim ?"
"iya"
"saya juga" kata dia "itu cowok kamu ?"
"bukan!"
"kok bisa jalan bareng ?"
"nemu di Angkot" jawab saya datar
Untung ga lama kemudian si Bold dateng. Fiuhhh. Lega rasanya. Saya pengen cepet-cepet pergi.