Andrian. Lelaki berkulit hitam. Kepalanya botak. Dia dan 3 orang saudaranya tinggal di rumah Oma. Lebih dari 30 tahun. Ayahnya meninggal saat dia masih kecil. Ibunya penjual nasi di ujung gang.
Oma menampung mereka semua di rumah. Bangunan sederhana. Tiga kamar tidur. Taman kecil di belakang rumah. Berpagar kayu.
Oma bilang, Andrian cucu yang baik. Pulang kerja membelikan jeruk. Biskuit kelapa selalu ada. Satu toples penuh. Semua ada di meja. Di dalam kamar Oma.
Saat Oma semakin tua, toilet diperbaiki. Diganti toilet duduk.
"Biar Oma nyaman "
Begitu ucap Andrian pada suatu malam. Saat kami menikmati segelas wedang jahe di bawah pohon jambu.
Aku dekat dengan Andrian. Seperti Abang sendiri. Usianya tujuh tahun lebih tua dariku. Banyak pelajaran hidup yang aku petik . Bangga punya sepupu sepertinya.
Walaupun suka minum. Lelaki itu sayang sekali pada Ibunya dan juga Oma. Memenuhi semua kebutuhan dan menjadi kepala rumah tangga. Membiayai sekolah 3 orang adiknya. Pantas Oma sayang padanya.
Lelaki lajang itu bekerja serabutan. Mencari uang halal. Terkadang juga curang. Aku maklum. Salah pergaulan mungkin. Tapi dia tetap idolaku.
Andrian cucu kesayangan Oma. Aku tidak pernah iri. Apalagi dia merawat Nenek kami. Berkali-kali Oma menceritakan kebaikan Andrian, tidak pernah bosan aku mendengarnya. Malah membuatku semakin kagum.
                                                         ***