Mohon tunggu...
Miss Frogie
Miss Frogie Mohon Tunggu... -

No More Hiding

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Duniaku Tak Lengkap Tanpamu

9 Oktober 2012   18:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:01 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika bertanya siapa yang paling polos, nah dialah Rifda. Lucu. Ada Rifda, selalu ada Khairunnisa dan Raihanah. Masalah hitungan anggaran belanja, dia jagonya. Segala macam tetek bengek perabotan Mushallah dan anggaran belanja, yang bagi beberapa dari kami tak pernah tahu belajar berhemat, dia tampil sebagai sosok akuntan yang handal meski tidak professional.

Namanya indah, Luthfiah. Selembut orangnya. Dibalik perangainya yang pendiam, tersembunyi sosok cerdas dan ramah. Dia selama dua tahun berturut-turut menjadi pemimpin kami semua. Tak perlu diceritakan bagaimana model pemimpin harapan, padanyalah kami menemukan apa yang kami harapkan. Bijak adalah modal besar yang dimilikinya yang hingga kini masih sulit kutemukan pada orang-orang disekelilingku.

Namun, kami takkan bisa bersama seperti itu tanpa ada tangan-tangan yang membantu kami menjadi satu. Merekalah generasi-generasi awal kami di Rohis, pada mereka kami berterima kasih, karena lewat tangan merekalah Allah menitipkan hidayah kepada kami. Mereka tak lain adalah Masyitha, ‘Aisyah, Iffah, dan kawan-kawannya. Sosok manis, lembut, pengertian, dan tak pernah sungkan menolong kami dalam berbagai hal.

Disudut kota indah ini, mereka kutemukan sebagai mozaik-mozaik hidupku yang harus kurangkai hingga menjadi sebuah bentuk utuh diriku yang sesungguhnya. Disudut kota itulah, berdiri sebuah bangunan sederhana yang disebut Mushallah sebagai tempat bermulanya metamorfisis kami menjadi lebih baik. Disanalah semua kisah kami dimulai.

Kisah tentang senyum, bahagia, dan tawa…

Kisah tentang luka, pedih, tangis, juga air mata…

Semuanya ada disana. Disalah satu sudut sekolah tercinta kami. tertoreh banyak kisah yang hingga kini selalu membekas dan terpatri dalam sanubari.

Tersimpan dengan apik didalam Bank Kenangan yang kami miliki masing-masing. Kini, suara mereka masih mampu terdengar meski mereka berada jauh dariku.

Mengingati mereka, senyumnya, tawa, dan candanya. Semuanya kadang menyisakan sedikit genangan air dipelupuk mataku.

Ikatan itu terlalu kuat jika harus dipaksa putus.

Karena Allah yang mengikat kami..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun