Intan Permata Sari, 10 Juli 2022
Budaya merupakan sebuah kepribadian dan jati diri suatu daerah. Di Kabupaten Sijunjung misalnya  salah satu cara mempertahankan dan melestarikan seni budaya Minangkabau kepada generasi muda dengan mengaktifkan kegiatan kesenian anak nagari yang saat ini sudah mulai redup, bahkan sudah jarang ditemui dibeberapa daerah. Di Nagari Muaro, Kecamatan Sijunjung, konsistensi untuk hal tersebut bisa dilihat dengan keaktifan kesenian randai yang merupakan permainan anak nagari di ranah Minang. Pengkaderan dan regenerasi terhadap anak-anak di nagari tersebut untuk kesenian randai patut diapresiasi, bahkan randai sudah menjadi hobi bagi kalangan remaja dan pemuda nagari. Mereka  dilatih untuk tahu dan paham akan tata cara dan makna pesan yang ada pada randai yang saat ini tidak semua daerah lagi memiliki kesenian tradisional Minang itu. Dengan begitu, kelestarian budaya randai tersebut dapat bertahan dan tidak luntur sesuai dengan perkembangan zaman yang serba canggih saat ini.
Sebagaimana fungsinya, Randai tidak hanya sekedar tarian yang diiringi dengan musik dan nyanyian saja, akan tetapi kisah yang diceritakan memiliki makna dan petuah tentang tata cara dan norma adat yang di junjung tinggi dalam hidup bermasyarakat di Minangkabau, berisikan nasehat kepada pemuda Minang tentang hal-hal yang harus dan sumbang (tabu) untuk dilakukan dalam keseharian. Dalam kehidupan bermasyarakat, minang memiliki aturan dan norma untuk menjaga kestabilitasan bersama, dan salah satu cara penyampaian petuah tersebut dituangkan kedalam kesenian randai. Sehingga masyarakat dapat memahami makna yang tersirat dalam randai tersebut dan mengetahui pesan moral apa yang di sampaikan dalam permainan randai untuk mempertahankan kesenian di minangkabau.Â
Agaknya, Randai memiliki ciri khas sorakan (gorai) dan tepukan celana yang berukuran lebar (galembong) tersebut tidak lagi santer beredar di kalangan remaja Minang, memang masih banyak yang tahu apa itu randai, tapi peran dan fungsi atau bahkan cara memainkannya tidak banyak lagi yang paham lantaran lambat laun sudah mulai tertimbun waktu. Setiap gerakan dan kata-kata yang dituturkan memiliki makna dan maksud tertentu dalam penyampaian kepada penonton. Terdapat nilai yang dikiaskan dalam lantunan nyanyian dan kisah, dengan tujuan pendengar bisa mengambil hikmahnya dan di implementasikan dalam kehidupan.
"Randai merupakan permainan dan tarian yang kaya akan makna tersirat dengan cara kiasan, susunan kata dalam kisah cerita (dendang) dilantunkan dengan nada dan irama yang khas. Memang untuk saat ini Randai tidak setenar dulu, tak banyak lagi pemuda sekarang yang pandai memerankan ataupun yang paham akan makna ceritanya. Langkah dan gerak gerik tarian diambil dari gaya beladiri Minang itu sendiri (silek minang), yang mana itu semua merupakan kesenian dan budaya kita di Minangkabau.Â
Pada umumnya, dibeberapa nagari yang ada di Kabupaten Sijunjung masih menjaga kesenian randai ini, hal itu terlihat disaat acara perayaan HUT Kabupaten Sijunjung yang secara khusus mengadakan perlombaan randai. Bahkan, kegiatan tersebut merupakan salah satu acara yang sangat di tunggu-tunggu oleh masyarakat di kabupaten yang berjuluk ranah Lansek Manih ini, peminatnya banyak, begitu juga dengan peserta lomba yang menjadi utusan tiap nagari/jorong akan menampilkan kemampuan terbaik mereka.
Selain untuk diperlombakan, para pemain randai Bungo Setangkai ini juga kerap kali mendapat undangan untuk mengisi acara, seperti pesta pernikahan dan perayaan lainnya. "Kita juga sering mendapat undangan ataupun permintaan untuk mengisi acara, baik itu keluar daerah maupun di dalam Kabupaten Sijunjung. Selain itu, kita juga melatih ataupun berlatih bersama pemain randai yang berasal dari nagari lain, tapi secara jadwal kita latihan satu kali dalam seminggu,"
Disamping untuk bertujuan melestarikan kembali budaya kesenian anak nagari, "Kita sebagai orang tua sengaja mengadakan kegiatan yang bersifat positif ini, salah satu cara untuk mencegah terjadinya pergaulan remaja yang berdampak buruk pada zaman sekarang ini, melalui bimbingan dan pengawasan itulah hal tersebut kita cegah, dan dalam komunitas/kelompok randai ini rasa kebersamaan dan kekeluargaan kita tumbuhkan. Randai adalah budaya kita, kita wajib menjaganya.Â
Seiring dengan kemajuan zaman dan kecanggihan teknologi yang membuat remaja saaat ini lupa dengan kesenian tradisional dan lebih cenderung menggunakan gadget. Untuk itu, dibutuhkan kerjasama antara pemuda, wali nagari dan masyarakat setempat untuk saling menjaga dan mempertahankan budaya minangkabau khususnya kesenian randai untuk tetap di lestarikan agar kesenian tersebut tidak hilang dan masih sampai terjaga kelestariannya agar tidak hilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H