Mohon tunggu...
Dewi Puspitasari
Dewi Puspitasari Mohon Tunggu... Guru - Guru Kelas 5 SDN Pagedangan 01

Saya adalah Guru di SDN Pagedangan 01. Saya suka menulis. Saya bergabung disini dengan harapan, saya bisa meningkatkan kemampuan menulis saya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Sosial Emosional untuk Meningkatkan KSE pada Murid

5 Maret 2023   20:54 Diperbarui: 5 Maret 2023   21:00 4781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera bagi kita semua, shalom, om swastiastu. Namo buddhaya, salam kebajikan.

Apa kabar para pembaca yang budiman? Semoga Kesehatan dan keberkahan selalu menyertai kita semua, aamiin.

Pada kesempatan kali ini, saya ingin menuliskan tentang Pembelajaran Sosial Emosional kaitannya dengan materi yang sebelumnya sudah saya dapatkan selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 7. Pembelajaran Sosial dan emosional (PSE) adalah pembelajaran pembelajaran kolaboratif oleh seluruh komponen dan komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat: Memahami, menghayati, dan mengelolah emosi (kesadaran diri), menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri), merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial), membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi), membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab).

Sebelum mempelajari modul 2.2 yang berjudul Pembelajaran Sosial Emosional ini, saya berpikir bahwa ketrampilan murid dalam mengelolah emosi, dalam bersosialisasi dan berelasi maupun dalam mengambil keputusan yang bertanggung jawab adalah ketrampilan lahiriah murid yang dimiliki dari lahir. Hal ini, terlihat dari murid di sekolah ada yang mampu menjadi ketua kelas atau jabatan lain yang dituntut mampu dalam mengelolah emosi maupun menjalin kerja sama dengan murid lain untuk kemajuan sekolah serta dalam mengambil keputusan yang bertanggung jawab dalam kegiatan-kegiatan sekolah. Tapi ternyata Kemampuan Sosial Emosional ini harus dibentuk baik di rumah maupun di sekolah, pada dasarnya murid sudah memiliki KSE dalam diri mereka, dan tugas guru adalah menumbuhkannya dan mempertajamnya. Kemudian, proses pembelajaran tidak tergantung pada aspek inteligensi atau kemampuan kognitif saja. Modul 1.1 Program Guru Penggerak yakni Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan yang dilaksanakan haruslah berpihak pada murid. Menurut KHD setiap murid mempunyai karakteristik tersendiri atau unik. Proses pembelajaran juga dipengaruhi oleh aspek lain seperti aspek perkembangan emosi dan sosial. Pada modul 2.2 ini aspek emosi dan sosial menjadi fokus utama. Hal ini diwujudkan dalam pembelajaran sosial dan emosional. Harapannya jika murid mampu mengelola KSE mereka juga kan mampu menguasai kemampuan kognitif. Sebelum saya mempelajari modul ini, saya juga berpikir bahwa kompetensi sosial emosional murid akan terbentuk dengan sendirinya sejalan dengan pertumbuhan dan bertambahnya usia mereka menuju kedewasaan. Sehingga dalam pembelajaran di kelas saya lebih berfokus pada penyampaian materi pembelajaran atau kemampuan kognitifnya saja. Tapi, setelah mempelajari modul ini, ternyata pembelajaran berbasis sosial emosional perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa kesiapan , ketertarikan, dan fokus murid dalam memulai pembelajaran. Harapannya jika murid mampu mengelola KSE mereka juga kan mampu menguasai kemampuan kognitif

Setelah mempelajarai mudul 2.2. ini tentang Pembelajaran Sosial Emosional ini, saya meyakini, memahami dan menyadari bahwa ternyata keterampilan sosial emosional perlu ditumbuhkan pada diri setiap murid agar sosial emosional murid lebih matang dan menjadi pribadi-pribadi yang berkarakter profil pelajar Pancasila. Selama ini tanpa disadari sebenarnya kita sebagai guru juga telah melakukan pembelajaran sosial dan emosional dalam pembelajaran di kelas, misal ketika dalam kegiatan Apersepsi, saya sering bertanya pada murid bagaimana kabarnya mereka, dan bagaimana perasaannya mereka, siapa yang tidak masuk, dan kenapa tidak masuk. Dan juga dalam mengaitkan materi yang akan saya berikan dengan materi yang sudah dimiliki oleh murid, itu sudah termasuk pembelajaran sosial dan emosional. Selain itu saat memberikan penyegaran pada murid melalui ice breaking untuk mengembalikan kesegaran kefokusan murid pada proses pembelajaran. Juga saat meminta murid berdiskusi dalam yang mengasah kemampuan murid untuk melatih kesadaran sosial, ketrampilan berelasi ataupun dalam melakukan kegiatan-kegiatan sosial di sekolah seperti melihat teman sakit dan lain-lain. Ini merupakan KSE yang sebenarnya tanpa kita sadari sudah guru lakukan di kelas.

Kemudian, berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk menfasilitasi seluruh murid di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejateraan psikilogis (well-being), 3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari antara lain;

Pertama adalah konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) yang menggunakan pendekatan yang sistimatis yang menekankan kepada pentingnya menciptakan lingkungan yang tepat serta terkoordinasi untuk menciptakan pembelajaran akademik, sosial, dan emosional semua murid. PSE ini bertujuan untuk mengembangkan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Kedua adalah tentang pemahaman konsep kesadaran penuh (mindfulness). Konsep kesadaran penuh ini dapat dilakukan dengan Teknik STOP (Berhenti sejenak, ambil nafas dalam, amati sensasi pada tubuh, perasaan, pikiran dan lingkungan, selesaikan dan lanjutkan). Praktik kesadaran penuh ini memperkuat 5 Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yang penerapannya mencakup ruang lingkup kelas, sekolah dan keluarga serta komunitas. Untuk PSE yang berkaitan dengan kelas dan sekolah dilakukan melalui 4 indikator, yaitu: pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, dan penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah.

Ketiga tentang kesejateraan psikologis (well-being) yaitu; Suatu kondisi individu yang memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan diri.

Harapannya dengan memahami ketiga hal tersebut penerapan dan implementasi kompetensi sosial emosional baik pada siswa maupun pada guru maupun tendik dapat terlaksana dengan baik. Karena pembelajaran sosial emosional merupakan suatu sistem yang saling terkait dan membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak dan komponen yang ada di sekolah tersebut.

Perubahan tentu harus saya lakukan setelah memahami alur modul ini. Perubahan yang saya terapkan di kelas yaitu saya akan senantiasa menerapkan dan mengimplementasikan PSE ini di kelas. Saya juga akan sesering mungkin membiasakan maindfullness ini di kelas setiap hari. Misalnya, pada setiap awal pembelajaran dengan mengenalkan emosi pada murid, dengan pembiasaan ini diharapkan murid dapat mengenali dirinya sehingga memiliki kesiapan dalam belajar. Disamping itu juga menerapkan 5 KSE pada pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktik mengajar guru dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dengan melibatkan murid dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Penerapan KSE ini akan saya integrasikan di setiap langkah pembelajaran, sehingga pembelajaran sosial dan emosional tergambar di seluruh rangkaian kegiatan. Dengan penerapan tersebut murid harapan saya murid dapat mencapai well-being sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dan terlaksana serta pembelajaran akan lebih berkualitas dan bermakna.

Perubahan yang saya terapkan pada teman sejawat adalah dengan sharing atau berbagi pemahaman tentang pembelajaran sosial dan emosional, dan menyampaikan apa tujuan mengintegrasikan KSE pada pembelajaran. Langkah berikutnya saya berusaha memberikan motivasi kepada teman sejawat untuk mengaplikasikan pembelajaran sosial dan emosional dalam pembelajaran. Kemudian merefleksikan kemampuan sosial emosional pribadi dan berkolaborasi untuk menciptakan struktur komunitas dalam penerapan pembelajaran sosial emosional, dengan menyamakan persepsi tentang kompetensi sosial emosional sehingga dapat tercipta lingkungan sekolah yang aman dan nyaman yaitu lingkungan yang membangun persepsi bahwa setiap orang memiliki potensi yang berbeda-beda dan perbedaan itu dapat saling melengkapi bukan menyaingi. Dengan penguatan KSE tersebut, pendidik mampu menjadi teladan, berkolaborasi dan saling belajar sehingga mampu membantu murid menemukan jati diri dan mengembangkan potensinya. Sehingga cita-cita Pendidikan yang diinginkan KHD yaitu murid dapat mencapai kebahagiaannya dapat tercapai.

Dalam Modul 1.1 dijabarkan tentang Filosofi Pendidikan menurut KHD, di modul ini kita memahami bahwa setiap murid unik, dan mereka datang ke sekolah sudah membawa karakter dan sifat sendiri-sendiri. Sebagai pendidik kita bertugas menumbuhkan karakter mereka agar lebih terarah. Salah satunya dengan melaksanakan PSE. Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah Pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh Kepala Sekolah, Guru, murid, Tenaga Kependidikan, wali murid dan warga sekolah lainnya. Modul 1.2 tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak menyatakan bahwa salah satu nilai guru penggerak adalah kolaboratif. Pembelajaran sosial dan emosional merupakan aplikasi langsung dari nilai dan peran guru penggerak yang dipelajari pada modul 1.2. Proses kolaborasi memungkinkan murid, pendidik, dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.

Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran sosial emosional di atas maka seorang guru penggerak harus melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid. Hal ini dapat dilakukan oleh guru dengan merancang perubahan melalui model manajemen BAGJA seperti pada modul 1.3. Model ini sesuai dengan filosofi dan visi guru penggerak yaitu yang berpihak pada kepentingan murid. Artinya, melaksanakan pembelajaran sosial - emosional merupakan sebuah wujud prakarsa perubahan yang dilakukan oleh seorang guru penggerak. Prakarsa perubahan yang dibuat dapat dilakukan dengan melaksanakan Pembelajaran Sosial dan Emosional pada 3 ruang lingkup kegiatan. Ruang lingkup tersebut adalah kegiatan rutin di luar pembelajaran akademik, terintegrasi dalam pembelajaran, budaya positif, atau peraturan sekolah yang disepakati bersama (keyakinan kelas).

Pembelajaran sosial dan emosional dikembangkan dengan menggunakan pendekatan kesadaran penuh (Mindfulness) sebagai dasar penguatan 5 kompetensi sosial dan emosional yang akan memunculkan perasaan tenang, stres berkurang, pikiran menjadi jernih, dan fokus serta menjadi semangat dalam belajar. Kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan keadilan. Kesadaran penuh (Mindfulness) merupakan dasar penguatan lima kompetensi sosial dan emosional. Praktik kesadaran penuh dapat dilakukan dengan menggunakan teknik STOP. Penerapan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh secara terhubung, terkoordinasi, aktif, fokus, dan eksplisit, dapat mendukung terwujudnya well-being ekosistem sekolah. Harapannya budaya positif sesuai dengan modul 1.4 tentang Budaya Positif dapat terwujud.

Setiap murid memiliki karakteristik sendiri. Karakteristik ini berpengaruh terhadap sosial emosional masing-masing murid. Jadi untuk melaksanakan pembelajaran sosial emosional di kelas, seorang guru harus didasarkan pada karakteristik murid. Modul 2.2 tentang pembelajaran berdiferensiasi telah menjelaskan bahwa untuk melaksanakan pembelajaran, seorang guru harus melaksanakan diferensiasi konsep, diferensiasi proses dan diferensiasi produk. Modul 2.1 juga menjelaskan melalui 3 diferensiasi ini diharapkan pembelajaran sosial emosional dapat memberikan manfaat pada murid untuk menumbuhkan, melatih, dan merefleksi kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan benar.

Terima kasih sudah membaca tulisan saya ini. Semoga apa yang saya sampaikan lewat tulisan ini bermanfaat bagi pembaca sekalian. Saya masih belajar menulis dengan baik, maka dari itu saran, kritik, masukan saya terima dengan tangan terbuka dan hati lapang. Salam Guru Penggerak, TERGERAK, BERGERAK, MENGGERAKKAN.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun