Pada Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.1. kali ini saya akan memaparkannya dengan menggunakan model 5 yaitu Connection, Challenge, Concept, Change yang dikembangkan oleh Ritchhart, Church dan Morrison tahun 2011.
Dalam model refleksi ini, yang dibahas adalah sebagai berikut:
- Connection
   Apa keterkaitan materi yang didapat dengan peran Anda sebagai Calon Guru Penggerak?
   Materi yang kami pelajari dan bahas selama dua minggu ini dalam Pendidikan Guru Penggerak (PGP) adalah tentang Pemikiran-Pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam dunia pendidikan, menurut beliau pendidikan memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Kekuatan kodrat yang dimemiliki sesuai dengan kodrat alam sosial budaya setempat sedangkan kodrat zaman menekankan kemampuan anak dalam keterampilan abad 21. Selain itu dalam pemikiran KHD juga menekan budi pekerti anak yang mana menciptakan keselarasan dalam cipta (kognitif), karsa (afektif) dan karya (keterampilan). Seorang guru tidak bisa memaksakan kodrat anak, karena menurut KHD kodrat anak ada sejak lahir. Peran saya sebagai Calon Guru Penggerak adalah menghamba pada murid dan mewujudkan pembelajaran yang bermakna, menuntun anak dalam menggali potensi baik bakat dan minat untuk mencapai tujuan pendidikan yang berguna bagi dirinya sebagai manusia dan juga masyarakat sosialnya serta menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak.
Challenge: Adakah ide, materi atau pendapat dari narasumber yang berbeda dari praktik yang Anda jalankan selama ini?
Menurut saya, Kurikulum Merdeka yang saat ini diterapkan oleh Pemerintah  selaras dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Kurikulum Merdeka hadir menyempurnakan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 disebut juga dengan kurikulum kompetensi merupakan kurikulum yang menekankan pada pengembangan karakter dan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi berupa hasil belajar yang harus dicapai siswa. Tetapi pada Kurikulum merdeka tidak ada tuntutan dalam penguasaan kompetensi tetapi tujuan pembelajaran yang ditonjolkan pada murid yaitu pembelajaran yang sesuai dengan potensi murid agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Karena sejatinya guru adalah seorang petani yang bertugas merawat benih biji yang sudah ada bukan merubah biji tersebut menjadi benih biji tanaman lain.
Concept: Ceritakan konsep-konsep utama yang Anda pelajari dan menurut Anda penting untuk terus dibawa selama menjadi Calon Guru Penggerak atau bahkan setelah menjadi Guru Penggerak?
Guru harus menghamba pada murid, bukan murid yang menghamba pada guru, itulah pesan KHD untuk para guru Indonesia. Menurut beliau, guru harus memanusiakan manusia. Selama ini pembelajaran yang terapkan adalah tuntutan menyelesaikan materi dan nilai siswa harus mencapai ambang batas atau KKM yang ditentukan satuan pendidikan, sehingga pembelajaran yang saya ajarkan menjadi kurang bermakna bagi siswa. Saya lebih fokus ke materi yang harus saya ajarkan, istilahnya muris setiap hari harus dijejeli materi entah mereka paham atau tidak. Saya menuntut mereka mendapatkan nilai bagus agar mencapai KKM. Jadi, saya lebih banyak memaksa murid daripada menuntun. Kemudian setelah saya mempelajari modul 1.1, saya sadar bahwa peran guru harusnya "menuntun" bukan memaksakan , tetapi tetap dikontrol agar tidak kehilangan arah dan membahayakan dinya. Menuntun anak dalam menggali potensi bakat dan minatnya, menuntun anak dalam memilih proses pembelajaran yang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Guru juga seharusnya mengikuti perkembangan zaman, sesuiakan pembelajaran dengan zaman siswa sekarang agar tujuan pembelajaran tercapai.
Change: Apa perubahan dalam diri Anda yang ingin Anda lakukan setelah mendapatkan materi di modul 1.1?
Saya merasakan banyak perubahan setelah mempelajari modul ini. Hal penting yang harus saya ubah adalah pembelajaran yang saya lakukan harus berpusat pada anak atau student centered. Saya sebagai guru  bukanlah sumber belajar utama yang mereka butuhkan, siswa bisa mencari sumber belajar seluas-luasnya darimana saja, guru hanya menuntun siswa dalam memilih sumber belajar lainnya. Saya juga harus memberi ruang yang lebih luas untuk mereka berdiskusi, agar  siswa dapat mengeksplore materi lebih luas. Di Kurikulum Merdeka aktor utamanya adalah siswa bukan guru. Saya juga akan mengurangi hukuman bagi siswa, karena ternyata menurut KHD hukuman tidak akan memberikan efek jera pada siswa, malah mereka cenderung untuk mengulangnya lagi. Hal yang saya lakukan adalah lebih ke pendekatan personal ke setiap siswa yang dirasa bermasalah atau butuh pendampingan. Saya juga merasa lebih sabar lagi dalam mengajar setelah mempelajari modul ini. Setiap saya merasa marah atau jengkel dengan ulah siswa, saya selalu ingat pesan Bapak Was'ari selaku Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Tegal pada saat Lokakarya Orientasi, yaitu mungkin saja tangan-tangan murid kitalah yang nanti menuntun kita ke Surga dan karena doa-doa merekalah segala hajat kita dikabulkan Allah SWT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H