Mohon tunggu...
Miss Debbie
Miss Debbie Mohon Tunggu... Guru - Perempuan Sederhana

Perempuan Sederhana | Hidup Sederhana | Hidup Berdampak | Cinta Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Guru sebagai Orangtua dan Orangtua sebagai Guru

27 Mei 2020   19:24 Diperbarui: 27 Mei 2020   19:24 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dengan diaktifkannya kegiatan belajar dari rumah, maka otomatis kegiatan pengajaran dilakukan oleh orang tua kepada masing-masing anaknya. Hal ini tentu saja "menambah" pekerjaan orang tua di rumah, selain pekerjaan pokok yang harus mereka kerjakan. 

Orang tua yang memiliki anak di usia Sekolah Dasar (minimal Kelas IV ke atas), SLTP, SMU atau anak yang sudah dibangku kuliah; hal ini mungkin tidak begitu berdampak besar. Lain halnya dengan para orang tua yang memiliki anak di usia dini, karena seluruh pembelajaran mereka harus dalam pendampingan orang tua. Hal ini tentu saja menimbulkan pro dan kontra. Apalagi ada juga orang tua yang tetap bekerja.

Ok, mari tinggalkan sebentar pro dan kontra itu....

Jauh sebelum Indonesia terdampak covid19, saya pernah membaca sebuah stament "alangkah indahnya negeri ini jika seorang guru menjadi orang tua dan orang tua menjadi seorang guru." 

Menurut saya statement ini sangat bermakna. Ketika memutuskan untuk menjadi seorang pengajar anak usia dini, banyak pembelajaran yang saya peroleh baik dari pelatihan-pelatihan, seminar maupun dari bangku kuliah; dimana selalu ditekankan bahwa seorang guru tidak saja menjadi pengajar tetapi juga menjadi seorang pendidik, perawat, teman, sahabat dan menjadi orang tua yang baik untuk ikut merawat anak-anak selama mereka ada dilingkungan sekolah. 

Dengan senang hati bersedia memberikan perhatian, kasih sayang, dukungan, pujian, pendisiplinan, ilmu/ basic life skill kepada setiap anak yang dilayani. Dalam waktu 2-3 jam atau 4-5 jam anak-anak di sekolah, guru berusaha untuk menjadi orang tua yang baik bagi setiap anak didik.

Dampak positif dari covid19 ini, harus diakui orang tua seperti "dipaksa" memiliki quality time dengan anak-anak (terutama anak-anak usia dini). Mungkin saja selama ini orang tua merasa sudah memberikan waktu kepada anak-anaknya dengan pergi makan bersama atau mengajak anak-anak ke playground untuk main sepuasnya atau mungkin saja mengajak mereka jalan-jalan ke mall. 

Tanpa disadari kegiatan-kegiatan tersebut seperti hanya formalitas saja karena kebutuhan dasar seperti; perhatian, sentuhan, dukungan itu malah tidak tercipta. Makan bersama tetapi masing-masing dengan gadgetnya, main di playground -- hanya anak saja (papa mama dengan kesibukan sendiri).  Memang tidak semua seperti ini, tetap masih ada orang tua yang benar-benar care pada perkembangan anaknya.

Dengan adanya pembelajaran di rumah, mau tidak mau orang tua pada akhirnya harus bersentuhan secara langsung dengan semua kegiatan pembelajaran anak, dalam hal ini Pendidikan Anak Usia Dini.

Semoga saja hingga pada berakhirnya pandemic covid19 ini, anak-anak tetap terus dapat menikmati perhatian, pendisiplinan, kasih sayang, sentuhan, pujian, reward orang tua, secara langsung terhadap mereka, kerena ini adalah hal yang sangat-sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Memang saat ini kita belum melhat secara langsung dampaknya tetapi ini adalah kegiatan membangun fondasi karakter dan kecerdasan anak secara holistic.

Teruslah Berjuang bersama Anugrah TUHAN. Pada waktunya kita akan tersenyum melihat masa depan gemilang anak-anak yang diberkati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun