Mohon tunggu...
Ana Adzkia
Ana Adzkia Mohon Tunggu... Guru - Ibu/Pengusaha/Guru/Co-creator

ibu yang berprofesi sebagai guru juga atasan dari pegawai, bawahan dari suami, co-creator dari Creator paling canggih di seantero dunia. Hobi berinteraksi dengan manusia untuk mengambil hikmah dari setiap perjumpaan, mengembangkan diri untuk memperbaiki diri, mensholihkan diri untuk kesholihan anak dan suami

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menanam Pahala

22 Januari 2024   21:35 Diperbarui: 22 Januari 2024   21:38 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di seminar-seminar bisnis sering dibahas tentang bagaimana cara uang bekerja untuk kita meskipun kita sedang liburan atau sedang tidur nyenyak di rumah. Bagaimana caranya agar kita punya penghasilan tanpa memerlukan keterlibatan aktif kita. Kata coach bisnis bisa menyebutnya dengan istilah passive income.


Ayah saya seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berhubungan dengan dunia pendidikan, bukan seorang pengusaha. Tapi beliau menerapkan prinsip-prinsip seperti yang dikatakan coach-coach yang ada di seminar-seminar bisnis. Namun tentu saja bukan dalam rangka untuk menghasilkan passive income seperti layaknya seorang pengusaha. 


Kegiatan bercocok tanam yang menjadi hobinya menjadi lahan amal “menanam pahala”. Beliau menanam pohon dan merawatnya yang sampai saat ini bisa dinikmati buahnya meskipun beliau sudah meninggal.
Pohon mangga yang ada di kebun depan rumah saya juga pohon jeruk bali di kebun belakang rumah saya adalah hasil bercocok tanam beliau semasa hidup. Beliau yang berpulang lebih dulu 2 tahun silam adalah orang yang tidak terimbas fitnah gadget layaknya generasi sekarang. Waktunya selalu dipakai untuk hal yang bermanfaat. Dan “menanam pahala” adalah salah satu prinsip hidup beliau.


Sampai dengan hari ini, pohon yang beliau tanam masih menghasilkan buah yang bisa kami nikmati sekeluarga bahkan tetangga pun ikut menikmati. Hasil kegiatan beliau masih mengalirkan manfaat dan pahala meskipun beliau sudah meninggal.
Saya kadang berpikir “Apa mungkin ayah saya pernah datang ke seminar-seminar bisnis? Atau mungkin membaca buku-buku bisnis?”. Ah, sepertinya bukan tipe beliau untuk ikut acara semacam ini dan buku bisnis bukan buku favorit beliau.


Kalaupun melihat lagi prinsip beliau termotivasi dari mana, tentu hal yang paling mungkin adalah dari ilmu agama yang beliau pelajari semasa hidup. Beliau memang sangat rajin belajar agama, pengetahuan agama beliau banyak meski tidak sedalam ustadz-ustadz sekaliber Ustadz Adi Hidayat.


Di dalam agama Islam diajarkan prinsip “passive income”, tapi “income” yang dimaksud adalah pahala atau amalan. Disebutkan dalam hadits di bawah ini:
عَنْ أَنَسٍ رَ ضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ : سَبْعٌ يَجْرِي لِلْعَبْدِ أَجْرُهُنَّ وَهُوَ فِي قَبْرِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ : مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا أَوْ أَجْرَى نَهْرًا أَوْ حَفَرَ بِئْرًا أَوْ غَرَسَ نَخْلاً أَوْ بَنَى مَسْجِدًا أَوْ وَرَّثَ مُصْحَفًا أَوْ تَرَكَ وَلَدًا يَسْتَغْفِرُ لَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ
Dari Anas Radhiyallahu anhu, beliau mengatakan, ” Rasûlullâh Shaallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ada tujuh hal yang pahalanya akan tetap mengalir bagi seorang hamba padahal dia sudah terbaring dalam kuburnya setelah wafatnya (yaitu) : Orang yang yang mengajarkan suatu ilmu, mengalirkan sungai, menggali sumur, menanamkan kurma, membangun masjid, mewariskan mushaf atau meninggalkan anak yang memohonkan ampun buatnya setelah dia meninggal. Hadist ini diriwayatkan oleh al-Bazzar dalam Kasyful Astâr, hlm. 149.


Hal ini saya ajarkan kepada anak-anak saya agar mencontoh apa yang dilakukan oleh kakeknya. Tidak harus sama, tapi punya prinsip ajaran yang searah dengan beliau. Bisa dengan mengajarkan ilmu, membuat fasilitas umum, membuat buku atau yang lainnya sesuai dengan minat dan kemampuan mereka.


Pertanyaan untuk kita, sudahkah memikirkan “passive income pahala” untuk bekal kehidupan kita selanjutnya? Dimana ketika raga kita sudah tak lagi berdaya untuk beramal, pikiran kita sudah tak mampu berpikir untuk kemaslahatan umat, bahkan jasad kita tidak lagi ada di dunia ini pahala tetap dicatat oleh Malaikat Pencatat Amal Baik. (Ana Adzkia-2023)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun