Data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah perempuan pekerja pada 2022 mencapai 52,74 juta pekerja di Indonesia. Jumlah pekerja perempuan itu setara dengan 38,98% dari total pekerja yang ada di Indonesia. Dan jumlah ini setara dengan 20% lebih dari jumlah total penduduk Indonesia yang telah mencapai 278 juta.
Dengan jumlah yang besar ini, ada pertanyaan di balik data ini. Bagaimana tugas ibu-ibu yang menjadi pekerja sekaligus juga punya tanggung jawab mengasuh dan mendidik anak bisa terlaksana dalam satu waktu sekaligus? Mengasuh anak yang tidak mungkin diwakilkan oleh mesin dimana tinggal "switcth on" seperti menyalakan rice cooker setelah 40 menit matang. Ada kasih sayang dan pendidikan yang disampaikan secara tatap muka dengan anak. Ada Gerakan-gerakan yang dicontohkan dengan kehadiran.
Sebagian ibu-ibu memilih menitipkan anaknya ke orangtua atau saudaranya ketika mereka bekerja. Sedangkan bagi ibu-ibu yang punya kemampuan keuangan lebih akan membayar orang untuk mengasuh anak-anaknya di rumah, seperti Pembantu Rumah Tangga (PRT) atau perawat pengasuh (Nanny). Ada juga ibu-ibu yang menitipkan anak kepada orangtua sekaligus membayar pengasuh, sehingga peran orangtua hanya mengawasi saja.Â
Tentu ada kelebihan dan kekurangan dari masing-masing langkah yang diambil. Seperti ketika menitipkan anak ke orangtua, akan ada konflik batin bagi sebagian orang, seperti rasa bersalah ketika menitipkan anak dimana sudah bukan tugas orangtua untuk mengasuh anak. Dibutuhkan tenaga dan pikiran yang menguras untuk menjaga anak kecil dimana tenaga mereka tidak lagi sekuat waktu muda. Hal ini tentu saja akan menimbulkan kekhawatiran tersendiri.
Sedangkan ketika menggaji orang untuk seorang PRT atau Nanny, ternyata tidak mudah untuk mendapatkan yang sesuai dengan yang diinginkan orangtua. Alasan lain biaya yang besar juga kekhawatiran akan pola asuh dan pendidikan untuk anak-anak. Apakah PRT atau Nanny ini akan mengasuh dengan pola asuh dan pendidikan seperti yang kita inginkan atau hanya sekedar menjaga agar aman dari bahaya, lapar, dan cukup tidur saja?
Daycare atau tempat penitipan anak adalah tempat penitipan yang dikelola oleh pihak-pihak tertentu, bahkan terkadang dilakukan oleh sebuah yayasan sekolah dengan berbagai fasilitas di dalamnya dan dilakukan pada jam kerja. Bahkan beberapa daycare memberikan pelayanan 24 jam. Daycare mulai berkembang pesat karena dirasa menjadi solusi yang tepat atas keresahan ibu-ibu pekerja.
Berbagai fasilititas yang terdapat di daycare contohnya seperti sarana bermain, jadwal kegiatan yang teratur, menu makan yang diatur, laporan perkembangan anak, layanan Kesehatan, program toilet training dan pengasuh yang terdidik. Bahkan beberapa daycare menyediakan sarana belajar beserta kurikulum Pendidikan untuk anak-anak asuhnya. Sehingga Daycare bisa menjadi "one stop solution" untuk pengasuhan dan pendidikan anak sekaligus ketika ibu bekerja atau membutuhkan bantuan pengasuhan sementara seperti ibu-ibu pekerja paruh waktu atau punya kegiatan lain yang tidak bisa membawa serta anak-anak.
Daycare juga memberikan kesempatan anak-anak untuk bersosial dengan teman sebayanya. Pengasuh akan memberikan arahan kepada mereka agar tumbuh rasa berbagi, menyayangi, dan saling membantu. Hal ini yang sangat jarang didapatkan di lingkungan rumah karena semakin sibuknya orangtua untuk mendampingi anak-anak bergaul dengan teman sebayanya.
Dengan mengetahui kelebihan daycare di atas, ibu-ibu bisa menjadikan daycare sebagai pilihan tepat untuk menitipkan anak Ketika ibu bekerja. Ibu-ibu bisa melakukan survey beberapa daycare yang ada di sekitar tempat tinggal atau di sekitar tempat kerja. Dengan menjadikan pengasuhan dan pendidikan terbaik sebagai prioritas utama. (Ana Adzkia -- 2023)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H