Seorang gadis kecil berjalan perlahan melewati barisan pertokoan berkaca bening. Dari ujung ke ujung dia berjalan sambil mengagumi keindahan barang-barang yang terpajang di etalase. Mulut mungilnya berdecak kagum tiap kali melihat keindahan dan kemilau di balik kaca. Sambil perlahan berlalu dia bergumam dalam hati, mereka-reka kapan dia sanggup memiliki gemerlap indahnya barang yang terpajang di sana. Tatap matanya tiba-tiba berbinar ketika melihat sebuah baju  indah di balik kaca. Kemarin bukan baju itu yang ada di sana. Gadis kecil tertegun kagum melihat indahnya. Baru kali ini dia melihat baju seindah itu. Binar matanya semakin kentara. Oh dia telah jatuh hati. tapi hari itu gadis kecil tak bisa berlama-lama menatap indahnya baju di balik kaca, dia harus segera pulang karena petang telah menjelang. Diusapnya kaca sambil bergumam, "Esok aku akan datang kembali, baju di balik kaca". Seulas senyum tersungging di bibirnya yang kering. Perlahan gadis kecil berjalan menjauh walau sesekali dia menoleh, menatap sejenak baju di balik kaca. Rupanya baju di balik kaca membuat gadis kecil jatuh cinta. Apapun yang sedang dia lakukan, ingatannya hanya terpancang pada baju di balik kaca. Gadis kecil tersenyum sendiri mengingat warna, bentuk dan tiap detail yang dia lihat kemarin. Gadis kecil membayangkan dirinya sendiri membelai halusnya kain bahan baju di balik kaca. Gadis kecil tak sabar menunggu hari ini berakhir agar dia bisa melihat baju di balik kaca, nanti menjelang matahari terbenam, seperti biasa di jajaran pertokoan berkaca bening. Petang menjelang, matahari pun terlihat kemerahan. Gadis kecil berjalan agak cepat menuju toko dimana baju di balik kaca dipamerkan. Tak seperti hari kemarin langkahnya hari ini agak tergesa. Rindu membuncah di hati gadis kecil. Dia ingin segera memandang dan mengagumi indahnya baju di balik kaca. Baju indah itu masih ada di sana. Masih tetap gemerlap bermandikan cahaya. Pupil mata gadis kecil melebar, dia begitu terpesona. "Oh, tak ada yang lebih indah darimu, baju di balik kaca," bisiknya perlahan. Perlahan sekali hingga hanya desah yang terdengar dari mulut mungilnya. Tiba-tiba sebuah suara membuyarkan keindahan yang tercipta di dalam angan gadis kecil. Seorang wanita berdiri di sampingnya, ikut mengamati baju di balik kaca lalu dia berkata, "Hai, gadis kecil. Jangan kau buang waktumu mengharapkan apa yang tak mungkin jadi milikmu." Gadis kecil mendongak, memandang wanita dewasa dengan pandangan tak suka. Tapi gadis kecil diam seribu bahasa. Wanita dewasa meneruskan kata-katanya, " Lihatlah tubuh mungilmu, bagaimana kau akan memakainya. Baju itu bukan untuk gadis kecil sepertimu. Tunggulah hingga kau tumbuh dewasa." Gadis kecil memandang sekilas lalu menjawab, "Aku dapat menyimpannya hingga aku cukup besar utuk memakainya. Aku yakin dia akan membuatku terlihat lebih cantik nanti." Wanita dewasa terkekeh mendengar perkataan gadis kecil. Dielusnya kepala gadis kecil lalu dia duduk berjongkok, menyamakan posisi dengan gadis kecil sehingga mata keduanya saling bertatapan. "Dengarkan aku, gadis kecil. Baju indah datang dengan harga yang mahal. Perawatannya pun tak mudah. Sanggupkah kau menjalani ritual yang sedemikian rumit hanya demi obsesimu sedangkan mengurus dirimu saja belum tentu kau mampu." Gadis kecil tertunduk lesu. Binar matanya meredup. Hatinya pun sendu. Pikirannya mencerna tiap huruf dalam kata yang terlontar dari bibir wanita dewasa. Gadis kecil merasa apa yang dikatakan wanita dewasa benar adanya. Dan ketika wanita dewasa menggandeng tangannya dan menuntunnya berjalan menjauh, gadis kecil hanya bisa menurut walau sesekali dia menoleh memandang baju di balik kaca. Mereka berjalan dalam diam ditemani indahnya langit petang berawan jingga. Gadis kecil membuka suara, " Siapakah engkau, hai wanita dewasa?" "I am your concience," jawabnya singkat. Lalu hening.
oooOOooo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H