Mohon tunggu...
Dwi Purwanti
Dwi Purwanti Mohon Tunggu... lainnya -

Iseng is my state of art

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kopdar Jogja: Hari Pertama di Jogja

6 Juli 2012   08:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:14 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_186494" align="alignnone" width="540" caption="Stasiun Tugu"][/caption]

Riak-riak kecil yang mewarnai rencana awal Kopdar Jogja tak menyurutkan semangat saya menantikan hari H dimana saya akan bertemu langsung dengan teman-teman Kompasianer yang tergabung dalam Grup Kampret yang selama 5 bulan mengisi hari-hari saya dengan foto dan canda tawa.

Sempat terselip keraguan, bagaimana kalau ternyata di dunia nyata teman-teman tidak sama sikapnya dengan ketika bersenda gurau di grup. Saya sendiri tipe orang yang agak susah warm up. Saya cenderung mengamati dalam diam sebelum terjun dalam sebuah perbincangan apalagi jika saya belum pernah bertemu sebelumnya.

Hari Jumat (29/06/12) saya berangkat dari Madiun menggunakan kereta api. Dan untuk mengantisipasi arus liburan, saya yang baru pertama kali merasakan jasa KAI, sengaja datang pagi-pagi agar tidak terlalu siang sampai di Jogja karena menurut sumber yang sangat saya percaya (senyum dulu), perjalanan Madiun - Jogja biasanya memakan waktu 5 - 6 jam.

Setelah megantri agak lama, akhirnya saya mendapatkan tiket kereta dan dengan panik segera saja masuk peron karena waktu keberangkatan yang tertera di tiket  adalah pukul 05.30 sedangkan jam di hape saya menunjukkan pukul 05.45 (saya lupa kalau jam saya 15 menit lebih cepat, kebiasaan di Hong Kong). Dalam kebingungan saya sampai bertanya kepada setiap petugas yang saya temui, hanya untuk memastikan bahwa saya tidak ketinggalan kereta.

Saya tepok jidat berkali-kali setelah tahu ternyata keretanya saja belum siap ditrack. Akhirnya kereta berangkat pukul 06.15.

Tak banyak cerita selama perjalanan, hanya saja keluarga yang duduk di samping saya tidak berhenti makan selama awal perjalanan. Mereka menawari saya makan juga tapi saya menolak karena saya merasa aneh dan tidak terbiasa makan di dalam kendaraan umum (kebiasaan yang juga terbawa hihihihi) apalagi mereka meninggalkan remah-remah makanan di lantai kereta. Waduh, saya merasa sangat tidak nyaman.

Beberapa jam saya lalui dengan merecoki teman-teman dengan SMS saya karena saya kebosanan tidak punya teman ngobrol. Mau mengobrol dengan ibu-ibu di samping saya juga tidak mungkin, kenal saja tidak tahu ngobrolin apa.

Tak berapa lama, screen LED di samping pintu kereta menunjukkan kereta segera memasuki Stasiun Lempuyangan, saya melirik jam di hape, masih sangat pagi. Setelah berhenti sejenak menaikkan dan menurunkan penumpang, kereta pun mulai bergerak ke Stasiun Tugu. Sesampainya di sana baru jam 9 lewat sedikit.

Saya segera SMS Mas Bowo mengabarkan kalau saya sudah sampai Jogja, disambut kekagetan beliau karena rencananya beliau ini yang akan menjemput saya dan mengantarkan ke hotel karena saya baru pertama kali menginjakkan kaki di Jogja. Tapi karena Mas Bowo ijin keluar setelah makan siang akhirnya saya menggunakan jasa ojek menuju hotel tempat saya bakal menginap. Untung saja saya minta alamatnya, kalau tidak entahlah.

Sesampainya di hotel tentu saja saya belum bisa cek in karena kepagian. Setelah menghubungi front desk akhirnya mereka membuat pengecualian dan segera menyiapkan kamar dan saya bisa cek in sekitar pukul 10.30 pagi. Kalau ingat kejadian itu saya senyum-senyum sendiri.

[caption id="attachment_186495" align="aligncenter" width="540" caption="Malioboro"]

13415643451561587548
13415643451561587548
[/caption]

Kompasianer Jogja pertama yang saya temui adalah Mas Bowo Bagus sedangkan Gilang tidak bisa menemui saya hari itu karena dia sibuk dengan persiapan wisudanya yang agak berbelit-belit walau akhirnya Gilang berhasil melewati rintangan. Selamat ya, Gilang :).

Saat saya bertemu Mas Bowo, saya sedang bersama Mbak Sarwendah, Kompasianer Malang yang sudah saya kenal di Hong Kong. Kami memutuskan untuk makan siang (yang sangat telat karena sudah pukul 14.00) di foodcourt. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya udang asam manis pesanan kami datang juga. Serentak tawa kami bertiga membahana melihat apa yang disodorkan Mas waiter yang ganteng.

Ditambah keisengan Mbak Sarwendah menghitung udang yang yang tersaji di piring oval, tawa kami pecah lagi. "13 setengah ekor udang kecil, 12 potong bawang bombay dan 3 iris cabe", kata Mbak Sarwendah membuat kami semakin terpingkal-pingkal.

Lalu saya bilang, "OK, harus dibagi sama rata biar adil", lalu Mas Bowo mengeluarkan kameranya dan jepret.. jepret. Lalu saya pun mengintip hasil jepretan Mas Bowo sambil berkata, " Wedew, kayanya saya milih ngeliatin foto aja deh". Fotonya lebih menggoda iman daripada masakan yang di hadapan kami.

Setelah selesai makan siang, Mas Bowo membawa kami ke Benteng Vrederburg. Duduk-duduk di rerumputan sambil menikmati bau sate yang sedang dibakar, diselingi tawa ceria anak-anak yang sedang bermain bola kaki tak jauh dari tempat kami duduk. Mulailah Mbak Sarwendah bertanya tentang fotografi dan komposisinya setelah saya bilang kalau Mas Bowo ini salah satu fotografer favorit saya di Kampret.

Nah, si Mas yang baik hati ini dengan sabar memberi kursus kilat dasar-dasar komposisi fotografi yang seringkali kali kami lewatkan karena aliran Aspret yang kami anut. Bahkan sampai corat-coret menunjukkan titik-titik yang bisa membuat sebuah foto menjadi eye catching. Terimakasih, Mas Bowo :)

Malamnya kami berempat, saya, Mbak Sarwendah, Mas Bowo dan Gilang memutuskan jagongan di Alun-alun Kidul ngobrol ngalor ngidul sambil makan :P tetep enjoy walau direcokin pengamen yang datang silih berganti. Untung Mas Bowo selalu siap dengan recehan yang awalnya bikin saya cekikikan melihat beliau mengeluarkan segenggam recehan dari saku jeansnya wakakakakakak ternyata ada gunanya. Maklum saya kan asing dengan kehidupan Jogja :P.

Setelah duduk sampai lewat tengah malam, akhirnya kami memutuskan untuk beranjak karena malam semakin dingin (relatif dingin untuk Mas Bowo dan Gilang :P) lagipula besok si bapak harus bangun pagi-pagi untuk kerja apalagi perjalanannya pulang ke Klaten perlu waktu. Dan kami pun berpisah setiba di depan hotel tempat saya menginap.

Masih banyak yang ingin saya ceritakan tapi sekian dulu,kapan-kapan disambung lagi.

Bersambung….. :P

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun