Lady Kirana,
Terbangun dari pelukan kasur panas pagi ini, menyongsongmu. Memberikan kontras, sejuk menyelinap di balik tipisnya kulit pelapis dagingku.
Gigitanmu di balik lemak perutku, sedikit menggangguku. Menggigit pula usus halusku. Memberikan sinyal meskipun lemah, untuk segera aku melumat halus sebongkah roti kering pagi ini.
-
Lady Kirana,
Aku sungguh menggantungkan cintaku pada gantungan cahayamu. Sesuai dengan namamu Cantik, Putri Cahaya. Menggandeng perjalanan matahari dan malam sebanyak 91 hari, menjadikan nafasku bersamamu menjadi hal yang tidak ingin aku tukar dengan bentuk apapun harta di dunia ini.
Lady Kirana,
Mulai kutempel lekat-lekat tentang sentuhan kesepuluh jemarimu di jajaran bulu tipis yang tertanam kuat di lubang-lubang kulitku. Mulai pula kurangkai rapat-rapat tentang lekukan bibir mungilmu yang sekejap menyentuh pangkal leherku, ketika hembusan nafasmu mendorong cuping telingaku. Mulai juga kurajut lubang-lubang manik tentang ciuman di ujung lututmu, yang terjulur di tangga udara ketika matamu memeluk mataku.
Lady Kirana,
Membangun senti demi senti pondasiku atas ukiran Kuasa Tuhan atasmu, takkan cukup tergeser posisimu dengan setumpuk rangkaian impianku.
[caption id="attachment_110215" align="alignnone" width="300" caption="http://www.karawanginfo.com/?p=5030"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H