Mohon tunggu...
Miss Rochma
Miss Rochma Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Semua orang yang saya kenal adalah orang yang luar biasa dalam pemikirannya sendiri. Tulisan saya dengan gaya bahasa yang berbeda? disini : http://www.mamaarkananta.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jilbab Hijau Daun dan Gadis Bertabur Daun yang Berguguran (ECR)

27 Juli 2011   04:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:20 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13117406851240131027

Cerita sebelumnya : Gladiolku Sayang, Gladiolku Malang

***

Bunga itu sudah 3 hari di sana dan dengan rajin Miss Rochma mengganti air yang ada di dalam pot bening berleher panjang dan menaruh di ujung jendela ketika pagi hari. Semakin tampak merona bunganya meskipun akarnya sudah tak menempel lagi pada batang. Namun, setahan apapun bunga gladiol itu menyerap air yang ada di dalam pot, mahkota bunganya kian hari kian melayu.

Selayu hatinya.

Dipandangiya lagi untuk kesekian kalinya bunga pemberian Rizal, reporter desa Rangkat. Kejadian tiga hari yang lalu di kamar kosnya, masih membuatnya bimbang. Pikirannya sekarang penuh dengan sosok Rizal namun pula berganti-ganti dengan sosok Zwan. Seperti tampilan Microsoft Office Power Point yang selalu berputar dari slide pertama sampai terakhir dan kembali lagi ke slide pertama.

“Miss, bunga ini untukmu.” Ucap Rizal sambil menaruh bunga gladiol di tangan Miss Rochma. Miss Rochma melongo menerima bunga yang dia tidak tahu kalau bunga itu dari kebun cantik milik Ningwang.

“Tapi Zal, ini kan untuk Zwan. Berikan lagi padanya.” Miss Rochma menyodorkan kembali bunga gladiolke Rizal dengan senyum sebagai tanda bahwa dia bukan orang yang harus menerima bunga itu. Tapi Rizal menolak dan tetap menaruh bunga itu di tangan Miss Rochma. Kali ini, sambil menyentuh punggung tangan Miss Rochma dan memberikan senyum yang menurutnya adalah senyum terbaik milik Rizal.

Ada desiran kencang dalam aliran darah Miss Rochma ketika kulitnya bersentuhan dengan kulit Rizal.

“Ng.. Tapi Zwan? Dia bagaimana?”

“Aku akan kejar dia. Tapi simpan saja bunga itu.” Jawab Rizal sambil berlari keluar rumah kosnya dan bergegas mengejar Zwan yang sudah lebih dulu meninggalkan mereka karena rasa marah yang menghampiri.

***

Kejadian tiga hari yang lalu masih membekas dengan indah dalam menit-menit yang dimiliki Miss Rochma. Tapi ragu juga tak dapat dia tepis.

Rizal adalah sosok yang mampu menggantikan bayangan juragan pemilik kebun kopi. Sempat ada Mas Hans dalam mimpinya bersama kue putu di piring beralas daun pisang. Tapi sosoknya tidak seberapa kuat tertanam karena banyak berita tentang Mas Hans yang mudah terpikat dengan banyak perempuan di desa Rangkat. Ketika sosok Rizal yang setiap pagi melewati jalan di depan rumah kosnya sambil menenteng kamera, ternyata pelan-pelan mampu menyingkirkan wajah Mas Hans yang selalu membuatnya merasa khawatir.

Tapi tidak!! Aku tidak mungkin semakin membuat hati Zwan tersakiti. Bisik Miss Rochma dalam hati. Zwan begitu terpesona pada Rizal dan begitu tersakiti karena ulah Rizal ketika dengan Acik. Dan sekarang, Zwan marah lagi kepada Rizal yang entah karena apa sebabnya. Hubungannya dengan Zwan tidak mungkin harus rapuh hanya karena ada sosok Rizal ditengah-tengah mereka.

Diambilnya bunga gladiol yang selama tiga hari ini membuat hatinya berbunga-bunga. Disambar jilbab hijau daun dari balik pintu dan cepat-cepat memasangnya lalu berlari keluar rumah kos. Penuh niatnya untuk mengembalikan bunga itu kepada Rizal agar tidak ada salah sangka antara dirinya dan Zwan.

Langkahnya dipercepat dengan mengangkat sedikit rok hitam yang sedari tadi sedikit memperlambat jalannya. Dan tanpa sengaja, tubuhnya menabrak Ningwang yang pagi itu sedang mengenakan rok putih bertabur gambar daun berguguran. Cantik.

Tapi ketika diamati lagi, kenapa wajah Ningwang seperti tidak suka ketika melihat bunga gladiol yang sedang digenggamnya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun