Mohon tunggu...
Miss Rochma
Miss Rochma Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Semua orang yang saya kenal adalah orang yang luar biasa dalam pemikirannya sendiri. Tulisan saya dengan gaya bahasa yang berbeda? disini : http://www.mamaarkananta.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Dukunglah Ibu Menyusui di Sekitar Anda untuk Program ASI Eksklusif

23 Februari 2012   04:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:17 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melalui tulisan ini, saya ingin share pengalaman saya mengenai keinginan saya untuk memberi bayi saya ASI eksklusif.


Saya adalah ibu baru yang setiap hari bekerja dari pagi sampai petang untuk mengajar di dua sekolah, yaitu pagi sampai siang di SMP dan siang sampai petang di MTs. Dan saya adalah ibu yang berusaha untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi saya yang baru berumur 3 bulan 2 minggu. Namanya Arya. Mengapa saya memberi ASI eksklusif kepada Arya dan tidak memberi susu formula kepada dia meskipun dia saya tinggal hampir sehari penuh untuk bekerja? Keputusan ini saya ambil ketika Arya menderita diare hampir 5 hari ketika dia berumur 1 bulan 2 minggu. Menurut hasil pemeriksaan dokter spesialis anak, ada kemungkinan Arya alergi susu formula. Pemberian susu formula pada Arya bermula pada saat saya melahirkan dengan cara operasi caesar dan tidak memungkinkan untuk diberi ASI selama beberapa hari setelah saya melahirkan. Dan pada saat Arya terkena diare, memang kesalahan saya karena pemberian susu formula pada Arya lebih banyak daripada saya menyusui secara langsung. Pencernaan Arya mungkin tidak bisa mencerna susu formula dengan baik atau mungkin ada beberapa kandungan susu formula yang membuat Arya menjadi rentan.


Setelah saya dan suami memutuskan untuk relaktasi (kembali menyusui dengan ASI ekslusif), saya mencoba mengumpulkan berbagai macam informasi bagaimana tetap memberikan ASI eksklusif pada bayi meskipun saya bekerja. Alhamdulillah, saya mendapat banyak bantuan setelah saya bergabung di grup FB Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia dan melakukan banyak diskusi disana. Dengan bergabung di FB AIMI, saya mengetahui bagaimana memerah ASI yang benar dengan menggunakan tangan, cara penyimpanan ASIP (ASI Perah) sehingga ASIP tidak basi, cara memberikan ASIP yang sudah kita simpan ke bayi kita, dan masih banyak lagi.


Setelah mendapat banyak informasi tentang ASIP, saya dan suami segera berburu pernak-pernik yang berhubungan dengan ASIP. Ada beberapa barang yang saya dapatkan secara online seperti breast pump, gelas latih minum, cooler box dan ice box. Dan ada juga yang dibeli sendiri oleh suami saya di pasar loak yaitu botol kaca untuk menyimpan ASIP. Ya, saya mendapat dukungan penuh dari suami. Tapi, saya harus memberikan pengertian dahulu ke keluarga, terutama bapak dan ibu saya, bahwa saya dan suami bertekad memberi Arya ASI eksklusif. Langsung diterima tekad saya? Oh tidak. Sangat sulit memberikan pengertian kepada beliau berdua karena beliau berdua masih sangsi bahwa stok ASIP untuk Arya akan kurang karena beliau berdua tahu kalau Arya sangat banyak minumnya. Melihat tanggapan dari orang tua, mental saya sempat down meskipun stok ASIP Arya ada 12 botol @250ml. Tapi, setelah saya dan suami memberikan argumentasi secara logis berdasarkan manfaat dan kandungan ASI, Alhamdulillah, akhirnya beliau berdua mendukung penuh.

stok ASIP buat Arya untuk kira-kira seminggu/Miss Rochma.doc


Begitu pula di tempat kerja. Awalnya, terasa terbebani karena memiliki kewajiban untuk memerah ASI pada jam-jam tertentu. Apalagi saya baru masuk kerja setelah cuti melahirkan selama 3 bulan dan masih terkaget-kaget dengan tugas yang menumpuk selama saya cuti. Saya juga harus mencari tempat khusus yang memungkinkan bagi saya untuk memerah ASI karena di dua tempat saya mengajar belum ada yang pernah memerah ASI di tempat kerja. Alhamdulillah, di SMP, saya mendapat izin menggunakan UKS dan di MTs saya menggunakan ruangan untuk sholat.


Awalnya, saya merasa minder ketika akan mengungkapkan kepada rekan kerja kalau saya memiliki program ASI eksklusif dan dalam jam-jam tertentu saya harus memerah ASI. Setelah menyusun kalimat dengan penuh kesiapan, ternyata tanggapan teman-teman di luar dugaan. Banyak yang mendukung, ada pula yang berfikir hanya dengan memberi ASI saja akan kurang dan harus didukung dengan susu formula, dan ada juga yang menjadikan program ASIP saya sebagai lelucon. Tapi saya sudah tidak minder lagi karena rekan kerja saya yang mendukung program saya sangat berempati sehingga saya tetap merasa nyaman untuk memerah ASI di tempat kerja. Bahkan mereka sering mengingatkan kalau saya lupa untuk melakukan ritual (saya menggunakan kata 'ritual' kalau saya pamit untuk memerah ASI dan sebentar meninggalkan pekerjaan saya). Kepada rekan kerja saya yang meragukan program saya, saya terus memberikan fakta bahwa anak saya insyaAllah tidak akan kekurangan ASIP dan mafaat yang sudah saya peroleh dari pemberian ASI selama 2 bulan.


Dan 'kampanye' saya akhirnya berjalan mulus. Rekan kerja yang awalnya meragukan program saya, sekarang sudah mulai bisa menerima kenyataan bahwa saya tidak akan berhenti memberikan ASI eksklusif untuk Arya. Bahkan, ada rekan kerja di MTs yang di bulan Mei nanti akan menikah, sudah merencanakan untuk memberikan ASI eksklusif untuk anaknya kelak dan mulai bertanya kepada saya apa saja yang perlu dipersiapkan.

1329970236345886584
1329970236345886584
Arya/Miss Rochma.doc


Berdasarkan pengalaman saya, saya hanya ingin menyampaikan bahwa perlu kiranya kita mendukung wanita menyusui di sekitar kita untuk terus memberikan ASI ekslusif kepada anaknya. Karena manfaat ASI tidak bisa digantikan oleh makanan dan minuman apapun. Dan bagi pembaca artikel ini yang sedang menyusui, teruslah bersemangat untuk memberi ASI eksklusif dan jangan pernah kalah dengan susu formula. Karena ASI memiliki manfaat yang besar untuk anak dan ASI adalah hak bagi anak-anak kita.


Selamat siang,

Miss Rochma

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun