Untuk lelaki terhebat di dalam hidupku!
Kau tahu,
Malam ini kala pucuk – pucuk daun menguncup dan menggelung bertabur embun,
Kala kakatua dan nuri aneka warna menghitung jam mencari cacing,
Kala Danau Burley Griffin dininabobokan rembulan,
Kala bus Action tak lagi berkeliaran,
Aku merindukanmu!
Kau tahu,
Malam ini kala serabut – serabut syarafku bermediasi mengirimkan pesan ke otak,
Kala semua penghuni rumahku tertidur,
Kala tetangga – tetangga di Campbell menikmati hangatnya quilt,
Kala SMS terakhirmu kuterima beberapa jam lalu,
Aku merindukanmu!
Kau tahu,
Bahkan jaringan 3 yang bersinergi dengan Telkomsel tak dapat menampung hatiku,
Bahkan perangkat lunak Skype di piranti pengolah data pun beku,
Rekening dan tagihan telepon dan komunikasi pun kuacuhkan,
Tak sanggup menyampaikan rasa sayangku.
Kau tahu,
Aku pernah sekali berpikir tentang jarak ini,
Pernah sekali berpikir tentang pilihan yang menyiksa ini,
Pernah sekali berpikir untuk berhenti dan pulang,
Karena toh, kau selalu menerimaku apa adanya, dengan segala kegilaanku,
“satu paket”, katamu.
Tapi ku tahu kau ingin aku mendapat yang terbaik dalam hidupku.
‘Rindu beratz’, bisik hatiku.
Rasa ini menyiksaku!!!
Kala ku kehilangan selera makan dan sensasi makan,
Kala berat badanku mulai kembali dipompa keluar tubuh,
Kala jam tidurku berantakan,
Kala suasana hatiku tak tentram,
Kala kudeta dilakukan tulang dan sendiku.
Aku mengingatmu; kecerewetanmu, kepedulianmu dan rasa cuekmu membangunkanku untuk makan, mandi ataupun tetap hidup.
Kau tahu,
Bahkan bila abjad dalam aksara romawi ini kutukar dengan han’gul ataupun Romaji, hiragana, katakana, higrolif, pallawa, dan skrip – skrip lainnya,
Tak ada satupun yang mampu menampung luapan hatiku saat ini,
Yang membanjir keluar dari nadi tubuhku,
Masuk ke perut bumi dan tereduksi dalam proses siklus tanpa akhir