Mohon tunggu...
miss kaskado
miss kaskado Mohon Tunggu... -

cerewet, rasa gatal kalo tra menyuarakan ide seperti rasa gatal kala kaskado

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Untuk Lelaki Terhebat di Hidupku

13 Juni 2010   09:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:34 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Untuk lelaki terhebat di dalam hidupku!

Kau tahu,
Malam ini kala pucuk – pucuk daun menguncup dan menggelung bertabur embun,
Kala kakatua dan nuri aneka warna menghitung jam mencari cacing,
Kala Danau Burley Griffin dininabobokan rembulan,
Kala bus Action tak lagi berkeliaran,
Aku merindukanmu!

Kau tahu,
Malam ini kala serabut – serabut syarafku bermediasi mengirimkan pesan ke otak,
Kala semua penghuni rumahku tertidur,
Kala tetangga – tetangga di Campbell menikmati hangatnya quilt,
Kala SMS terakhirmu kuterima beberapa jam lalu,
Aku merindukanmu!

Kau tahu,
Bahkan jaringan 3 yang bersinergi dengan Telkomsel tak dapat menampung hatiku,
Bahkan perangkat lunak Skype di piranti pengolah data pun beku,
Rekening dan tagihan telepon dan komunikasi pun kuacuhkan,
Tak sanggup menyampaikan rasa sayangku.

Kau tahu,
Aku pernah sekali berpikir tentang jarak ini,
Pernah sekali berpikir tentang pilihan yang menyiksa ini,
Pernah sekali berpikir untuk berhenti dan pulang,
Karena toh, kau selalu menerimaku apa adanya, dengan segala kegilaanku,
“satu paket”, katamu.

Tapi ku tahu kau ingin aku mendapat yang terbaik dalam hidupku.

‘Rindu beratz’, bisik hatiku.

Rasa ini menyiksaku!!!

Kala ku kehilangan selera makan dan sensasi makan,
Kala berat badanku mulai kembali dipompa keluar tubuh,
Kala jam tidurku berantakan,
Kala suasana hatiku tak tentram,
Kala kudeta dilakukan tulang dan sendiku.

Aku mengingatmu; kecerewetanmu, kepedulianmu dan rasa cuekmu membangunkanku untuk makan, mandi ataupun tetap hidup.

Kau tahu,
Bahkan bila abjad dalam aksara romawi ini kutukar dengan han’gul ataupun Romaji, hiragana, katakana, higrolif, pallawa, dan skrip – skrip lainnya,
Tak ada satupun yang mampu menampung luapan hatiku saat ini,
Yang membanjir keluar dari nadi tubuhku,
Masuk ke perut bumi dan tereduksi dalam proses siklus tanpa akhir

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun