Mohon tunggu...
Muhammad Ismail Yunus
Muhammad Ismail Yunus Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Penulis adalah seorang pencurah hati.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

A-M-F-K Ed. 4

23 Juni 2016   22:37 Diperbarui: 23 Juni 2016   22:38 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa detik yang aneh. Gambaran itu. Gelegar itu. How it can be synchronize in such timing? ARGGGHHHH!!! Setelah semua pergolakan otakku, sekarang di hadapan aku hadir suatu keanehan, kejadian di luar angan. HEEYYY!!! Aku bahkan bukan Sang Sutradara. Apa yang sebenarnya terjadi? Sial, apakah aku harus menanggung apa yang aku pikirkan? Aku bahkan tidak punya kemampuan telekinesis seperti hal - hal pahlawan - pahlawan layar kaca. Bahkan, berada di layar kaca saja merupakan suatu kemegahan bagiku, tidak peduli apakah aku manusia, pahlawan ataupun penjahat. Eeee... Waw, aku baru saja berpikir tentang ketidakpedulianku, ketika lembar - lembarku yang lalu sangat menginginkan diriku sebagai manusia biasa? Tidak aku sangka aku se-munafik ini. Apakah ini jalanku?

"KEPARATTT!!!" teriakku tidak peduli dengan kondisi sekitar.

Apa - apaan ini? Kenapa kepalaku terus berpikir? Apa yang sebenarnya aku inginkan? Sial, aku tidak ingin menjadi munafik, namun kenapa jalan berpikirku seperti ini? Dua dalam satu seperti ini membuatku ingin melepaskan diriku menuju alam berikutnya. Tapiii... Yaaa... Aku akan mengerti bagaimana nasibku dan Para Penanya itu tahu perlu diapakan aku ini hanya dalam beberapa saat setelah kedatanganku di sana. Menyerah begitu saja, tiada perjuangan maupun sekadar untuk berubah nasib atau sekadar berdoa sebenarnya cukup. Hmm... Sekadar berdoa sebenarnya cukup, sial, aku tak akan menjadi orang - orang yang aku anggap hina itu. Hina sekali, bahkan apakah mereka sadar apa yang mereka doakan? Aku tidak yakin, atau memang dirimu yang brengsek? Pikiranku!!!

"ERRRGGHHH!!! Aku sungguh beruntung tidak ada yang mendengarku di tempat ini." tegas aku kepada diriku sendiri.

Tarik napas. Iyaaa, tarik napas, kemudian aku baru sadar bahwa dari tempatku, orang - orang telah bergumul, aku bisa dengarkan desibel desas - desus namun hanya seperti frekuensi radio di luar jangkauannya. Ditempatku, ada beberapa yang berlarian, beberapa yang celingak - celinguk dan...

"HUAAAHHH!!!" suara tangisan seorang gadis terdengar keras ke tempat aku berada, menjerit begitu tinggi.

Tunggu, tangisan? Apa - apaan ini? Ahhh.. Tiba - tiba gambaran itu muncul lagi. Kali ini ada tangisan beberapa orang dan...tempat meledak? HAHHH?!? Gambaran penuh murka! Apa maksudnya ini? Tidak hanya tempat meledak, Sien, Munik dan hampir semua temanku tergeletak tanpa daya di sana. Mata mereka, mereka seakan - akan tidur dan tidak bangun lagi.

"Mimpi buruk, siang bolong dan semua terjadi bahkan ketika mataku bisa menatap dengan jelas, kurang hajar!" gumamku.

Sepertinya aku harus menyelesaikan semua pikiranku ini, aku harus menatap dengan jelas hal - hal yang seharusnya terjadi, konfirmasi adalah suatu hal yang sangat berarti, bukankah keberadaan aku di dunia ilmu murni telah membuat aku mantap untuk melakukan konfirmasi akan suatu imajinasi? Yaaa.. Aku tidak perlu ragu. Aku pakai jaketku, merah-hitam, aku pastikan aku menutupi kepalaku. Yaaa.. Kanak - kanak sekali, tapi dengan menutupi kepalaku, aku merasa seperti menjadi assassin, setidaknya satu-dua hal yang aku suka akan aku lakukan, tanpa diketahui khayalak banyak.

Dannn...

Aku sudah cukup terkejut dalam setiap langkah kakiku. Orang - orang melangkah dengan gontai, beberapa ada yang terlihat sangat cemas, satu - dua orang menangis, mengkhawatirkan sahabat. Ada pula yang pingsan. Namun, satu hal yang aku tidak bisa tampik adalah aroma. Gendeng, aroma ini kan aroma ammonia, dan ada juga beberapa aroma yang terhirup, namun aku tidak bisa memastikan dengan pasti apa sebenarnya. Uhhh.. Aku yang berimajinasi, atau..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun