Mohon tunggu...
Muhammad Ismail Yunus
Muhammad Ismail Yunus Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Penulis adalah seorang pencurah hati.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

A-M-F-K Ed. 3

22 Juni 2016   22:29 Diperbarui: 22 Juni 2016   22:56 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu yang berlalu selama ini, dipikir - pikir sudah begitu panjang. Berhari - hari aku telah berada di tempat ini. Entah menulis, merenung, membaca, membayangkan, atau sekadar berada di tempat ini. Yaaa, sekadar berada di tempat ini membuat diriku cukup waras, setidaknya untuk menghadapi pergolakan otak yang begitu luar biasa.

 Apabila aku mengingat lagi masa laluku, sesungguhnya ini adalah karakter yang aku bangun tanpa sadar. Aku menyendiri, mencoba menikmati apa yang ada disekitarku. Aku menyendiri, mencoba untuk memperhatikan apa yang sebenarnya ada di setiap sela - sela penglihatanku, entah itu sesuatu yang tiba - tiba saja aku pikirkan, atau aku sering menatap tempat itu namun aku tidak pernah menyadari keberadaan hal seperti itu di sini. 

Aku menyendiri, walaupun sebenarnya mulut ini begitu basah, ingin sekali berbicara, ucap - ucap apapun yang aku inginkan, namun aku ingin kesejukkan. 

Aku adalah manusia yang terbiasa berada di bawah sinar panggung, namun sesungguhnya aku juga ingin merasakan diriku sendiri. Apakah aku arogan? Bisa saja, mengingat diriku yang tidak suka kritik dan akan melakukan dominasi. Apakah aku egois? Benar pula, akulah yang menyelesaikan semuanya dan aku ingin semua orang mengingatku sebagai satu - satunya. Satu - satunya manusia, satu - satunya sahabat bahkan satu - satunya pendamping. Ahhh, luar biasa bila hal - hal seperti ini BENAR - BENAR TAMPAK.

Ini lah yang aku tidak pernah habis pikir. Mengapa satu pikiranku mendorongku untuk merendah, ketika sisi lainku menginginkan aku meninggi? Mengapa satu pikiranku mendorongku untuk memaklumi, ketika sisi lainku menginginkan aku mencaci? Mengapa satu pikiranku mendorongku untuk berkata pelan, ketika sisi lainku menginginkan aku berkasar ria? Kenapa? Aku sebenarnya tidak mengerti hal - hal seperti ini.

 Aku ingin sekali jujur dengan diriku sendiri, dengan segala pembawaanku, sifatku bahkan semua yang sebenarnya ada di dalam aku, atau apakah aku memang pada dasarnya munafik? Mengapa orang - orang tidak dapat melihat ini? Dan juga, mengapa aku masih saja bisa bersembunyi? Aku ingin, aku ingin setidaknya aku dinyatakan sebagai orang - orang yang biasa saja, berada di level yang sama dengan manusia - manusia pada umumnya. Namun, mengapa? Mengapa aku seakan - akan dinyatakan sebagai orang - orang khayangan, manusia - manusia luar biasa yang sifat - sifatnya berada di antara nabi dan malaikat? KENAPA???!!!???

Sekarang, aku membayangkan bahwasanya ada dinamika yang berbeda di dalam otakku, dinamika yang mungkin saja terjadi pada beberapa orang namun aku merasa hal ini terjadi pada diriku saja, aku yang paling tidak bisa dipercayai, tidak pantas dengan suatu jabatan, penghormatan. Apakah dinamika otakku memang aneh, ataukah sekadar persepsi? SIAL!!! 

Bahkan persepsi itu sendiri apa pula maksudnya? Aku tidak yakin dengan definisiku. Lama aku menulis dan membaca tulisan ini berulang kali, aku yakin tulisan ini sangat kontradiktif, satu hal dibantah oleh hal lain dan hal lain dibantah oleh satu hal. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah aku harus menyelesaikan apa yang aku tulis ini? Ataukah aku biarkan bertentangan dunia kepalaku ini? Namun, setelah aku coba cerna berwaktu - waktu, aku harus ingat bahwasanya aku berada di tempat ini memang untuk kewarasanku dan konfrontasi dengan pergolakan otakku. Yaaa, otakku membutuhkan ruang, di mana perkelahian ini bisa saja menjadi angan - angan atau benar - benar dilakukan secara fisik, melawan bayanganku.

Hari ini sudah bulan September dan... Sial, pikiran apa ini? Mengapa otakku tiba - tiba sakit untuk berpikir? Dan, gambaran itu, kalau aku tidak salah ingat.

*suara menggelegar

Aku tidak menyangka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun