Kecenderungan manusia kurang bersedia mengakui prestasi orang lain secara fair, sehingga banyak orang memiliki cara berpikir yang sempit dan keti nggalan zaman. Dalam berpikir dan bertindak kurang berpikir visioner dan jauh ke depan.
Terlebih seorang pemimpin di suatu organisasi misalnya sekolah dan perguruan tinggi, dalam penentuan seseorang dalam suatu jabatan tidak mempertimbangkan kompetensi, pengetahuan, pengalaman, tetapi hanya menunjuk orang karena kedekatan kelompok dan kedekatan emosional.
Apa yang terjadi jika seorang pemimpin tidak menghargai orang yang memiliki prestasi, suatu saat organisasi tersebut akan mengalami kemunduran motivasi dan kemunduran kinerja, karena pemimpinnya yang kurang menghargai prestasi orang lain, sehingga pemimpinnya bertindak seperti pemimpin kaleng-kaleng / abal-abal (istilah awam yang menyebut orang yang tidak memiliki kompetensi) .
Semoga diantara kita tidak ada lagi pemimpin kaleng-kaleng atau pemimpin abal-abal, marilah menghargai kemampuan & prestasi orang lain
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H