Sebenarnya aku sudah lama juga melihat spanduk ini . Namun saat itu aku belum terlalu aktif menulis , dan kesibukan disemester ganjil 2014-2015 kemarin betul betul membuat nafsu menulisku belum tertantang . Aku sebenarnya tertarik sekali dengan tulisan yang tertera . Betapa tidak , rasanya aku baru kali ini melihat ada perumahan yang begitu perduli sekali dengan pendidikan . Mengapa kukatakan begitu ? yaa betapa tidak lihatlah dan baca kata kata dalam spanduk itu .
Pernahkah kita melihat ada perumahan atau perkampungan yang berani menulis kata kata dalam spanduk seperti itu ? Atau aku yang belum menemukan? Di Bekasi ini ? Entahlah . Naluriku sebagai seorang pendidik mengatakan ini bagus sekali ! . Kami pendidik disekolah , membutuhkan masyarakat yang perduli dengan pendidikan . Tugas mendidik ini bukan melulu milik guru atau warga sekolah / kampus . Bahkan orang tua sebagai pemilik siswa dalam sekolahku juga merupakan bagian dari masyarakat yang perduli pendidikan . Ya kan ? kalau tidak , mana mau mereka akan memasukkan anaknya sekolah yang merupakan bagian dari pendidikan .
Tahun ini aku diamanahi memegang dan bertanggung jawab terhadap 42 anak laki laki di SMK dengan jurusan TKR ( Tehnik Kendaraan Ringan ) atau sering dkenal dengan Otomotif . Setelah sebelumnya  diamanahi memegang kelas akutansi yang sebagian besar terdiri dari siswa perempuan . Berbeda ? ya tentu berbeda , apalagi anak perempuan itu cenderung cerewet , jadi bila ada sesuatu yang tidak benar dan membuat kelasnya jadi bermasalah karena 1-2 anak mereka akan saling mengingatkan dengan cara mereka masing masing .
Berbeda dengan anak otomotif ini , sebagian laki laki . Walau ada yang cerewet , tetapi bila ada masalah kelas yang disebabkan oleh beberapa siswa laki laki mereka cenderung enggan untuk menasehati atau mengingatkan . Bahkan bisa bisa mereka yang akan terpengaruh . Dengan masa peralihan dari kelas 9 kekelas 10 betapa berat mereka melewati masa masa penemuan jati diri mereka sebagai remaja dengan pengaruh lingkungan yang bisa menjadi pengaruh terbesar . Padahal tidak kurang kurang aku memotivasi mereka untuk mengerti tujuan mereka sekolah , bagaimana mereka menghargai orang tua yang sudah susah payah menyekolah mereka dengan harapan mereka akan menjadi lebih baik dari orang tuanya . Terlebih sekolah ditempatku biayanya sungguh lumayan berat untuk ukuran swasta dilingkungan Bekasi ini .
Akupun juga berusaha berkoordinasi dengan orang tua murid untuk mau bekerja sama dan mendukung program sekolah . Namun itu rasanya belum cukup . Terkadang ada saja yang berani bermain main untuk membohongi kami orang tua dan guru disekolah . Mengaku berangkat dari rumah dengan uang jajan lengkap. Namun tidak pernah sampai disekolah . Artinya sebelum sampai disekolah mereka berbelok ke tempat lain . Apalagi kalau bukan warnet atau good tea caffe yang sedang ngetrend bagi anak anak sekarang . Aku juga tidak mengerti mengapa orang warnet tidak perduli dengan mereka yang masih berseragam sekolah kok didiamkan , tanpa ditanya mengapa tidak belajar disekolah . Aku mengerti sih yang terfikir oleh mereka hanyalah keuntungan semata . Tapi pernahkah mereka terfikir jika itu anak mereka / adik mereka ? apalagi kalau yang dibuka selain games adalah hal hal asusila yang saat ini sangat menggila .
Andai semua perumahan/ perkampungan dan masyarakatnya perduli seperti perumahan yang berani memasang spanduk ini , pasti tidak akan ada yang nongkrong dimana mana selain di mall . Aku pernah geram sekali , dalam satu hari pernah sampai 14 siswaku bolos berjamaah . Dan begitu ku kontak orang tuanya mereka mengatakan berangkat dari rumah . Hadeuuuuh , ya Allah . . .. Besoknya akhirnya sebagai shock teraphy Surat Peringatan ( SP-1 ) melayang untuk orang tuanya . Karena itu sudah yang kesekian mereka lakukan . Aku sedih sekali harus menyampaikan itu pada orang tua mereka . Â Tapi bagaimana lagi , kalau tidak mereka akan berfikir untuk melakukannya lagi jika tidak diberi warning sejak sekarang . Itu kulakukan karena aku sayang mereka dan perduli dengan masa depan mereka . Aku juga punya 3 anak laki laki , bagaimana jika itu terjadi pada anak anakku . Syukur alhamdulillah anak anakku belum ada satupun yang mengecewakan aku . Mereka kusadarkan sejak kecil bahwa ibunya juga seorang guru . Betapa sedihnya aku sebagai orang tua jika itu mereka lakukan terhadap pendidikan mereka.
Untuk itu aku mengajak pembaca disini , bisa membantuku dan dunia pendidikan pada umumnya , agar mau perduli dengan dunia pendidikan . Paling tidak saling mengingatkan seperti ini . Harus ada ketegasan agar pada jam jam belajar tidak diijinkan siapapun pelajar nongkong dilingkungan mereka . Dan itu butuh dukungan dari seluruh masyarakat , agar Pendidikan Indonesia menjadi lebih baik dan menghasilkan lulusan anak bangsa yang berkualitas . Tentunya kami juga harus intropeksi diri juga bagaimana menimbulkan pembelajaran yang menyenangkan dan bermanfaat bagi siswa kelak mereka terjun ke masyarakat kerja nantinya . Amiin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H