Mohon tunggu...
Juli Dwi Susanti
Juli Dwi Susanti Mohon Tunggu... Editor - Guru-Dosen-Penulis-Editor-Blogger

Menulis adalah sedekah kebaikan Yang menjadi obat, therapy, Dan berbagi pengalaman hidup untuk manfaat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Boy , Dibalik Sikap dan Kenakalanmu Ternyata . . . .

23 Maret 2015   00:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:16 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedang asyik asyiknya mengerjakan tugas menyusun judul tesisku yang tengat waktu 5 hari lagi harus dikumpulkan , sambil mendengarkan music penghantar yang membuatku bisa bersemangat menyelesaikan tugasku , tiba tiba music berganti sebuah panggilan telpon masuk . Kubaca, dari mama Boy salah seorang muridku dikelas X IPA dimana aku menjadi wali kelasnya .

“ Ya mama , ada yang bisa saya bantu ? Kemana saja, . . .mengapa sms saya tidak  pernah dibalas ? berondongku spontan . “ Maaf bu , saya baru bisa memberi jawaban , setelah saya berjuang selama ini dan baru mendapat keputusannya” . Deg, jantungku rasanya mau copot. Ada apakah mama ? apakah Boy mau keluar atau bagaimana ? Nggak kan ? tanyaku sedikit mendesak . “ Nggak bu , tapi maaf ya saya percaya dan bukan curhat mengenai masalah keluarga kami . . .Karena besok Boy harus UTS tetapi kartu belum bisa saya ambil karena ada permasalahan keuangan keluarga katanya dengan terbata bata bahkan diiringi suara yang terasa getir kurasa .

Lalu mengalirlah sebuah cerita , dimana ternyata Boy selama ini tidak pernah dibiayai sekolahnya oleh ayahnya karena dianggap selalu membela ibunya . Bila ayahnya bertengkar dan selalu ingin memukuli ibunya , Boy selalu berusaha membela ibunya dengan justru pada akhirnya boy yang jadi bertengkar dan terlibat baku hantam dengan ayahnya . Dan itu menimbulkan kemarahan yang mendalam dari ayahnya , dimana ayahnya sampai memutuskan tidak akan membiayai sekolah sulung dari 3 bersaudara tersebut . Masyaallah, kok ada ayah yang tega berfikir seperti itu . Ketika kutanya apa alasan mereka bertengkar pada ibunya , sang mama menjawab dengan isak tangis bahwa sejak 2008 suaminya itu selingkuh dan telah menikah siri lagi dengan janda beranak tiga .

Huffft , aku menahan rasa sesak didadaku . Kutanya , apakah mama mengikhlaskan ayah begitu dan mencoba bertahan demi ke 4 anak tersebut ? ( Karena kutahu mamanya tidak bekerja bagaimana nanti menghidupi 4 anaknya tersebut ) . Mama Boy mengatakan , iya buuuu saya sudah ikhlas , yang penting dia tetap bertanggung jawab sama anak anaknya . Tapi kami harus selalu meminta biaya tersebut setiap bulan kerumah istrinya disana , karena dia sudah tidak mau menginjak rumah ini lagi bu, tangisnya tertahan . Dan yang bikin saya sakit itupun biaya yang dikeluarkan susah , terlebih untuk keperluan Boy sekolah tangisnya perlahan.

Ya Allah , ada suami seperti itu. Haruskah wanita selalu berada pada posisi yang lemah . Dimana nuranimu sebagai laki laki dan seorang ayah ? Jika dengan menikah lagi yang menjadi keinginanmu , silahkan tapi selesaikan tanggung jawabmu . Berdosa kamuuu pak , batinku terasa ingin berontak dan berteriak merasakan kegemasan mendengarkan cerita tersebut .

Sebagai seorang guru dan wali kelas dari Boy di kelas yang kupimpin , aku sudah curiga ada yang ganjil dengan sikap Boy tersebut . Kalau melihat tampangnya sangat baik dan santun , siapa yang menyangka ternyata menyimpan rasa dendam terhadap permasalahan keluarga . Mengapa aku berkata seperti itu ? karena aku sering mendapat laporan dari guru guru yang mengajarnya dikelas bahwa Boy sering bolos , sering rebut dengan temannya masalah sepele , tapi , Boy juga sangat disayang teman temannya karena sikap setia kawannya . Tidak sekali dua kali juga aku menangkap mata berontaknya setiap kunasehati berkaitan dengan sikapnya yang terkadang tidak patuh dengan peraturan. Kini aku baru mengerti . Ya Allah , kasian kamu nak . . .harus menyaksikan keadaan yang seharusnya tidak pantas kamu saksikan dan kamu lakukan terlebih itu adalah ayah kandungmu sendiri , batinku .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun