Mengajar sampai lantai 2 itu paling nggak enak. Walau profesional dan ingin maksimal, tetep perut nggak bisa diajak profesional saat lapar. Duh-duh paling anti mainstream banget diet nahan lapar gitu? So jadi nggak bisa profesional dwonk?
Padahal koreksianku banyak, malas naik turun buat nyari makan  ke bawah. Bukan malas gerak, buatku waktu sungguh berharga. Gimana caranya mengajar jalan, mengoreksi jalan, dapat ilmu kepoin ilmu personal branding bunda indari mastuti jalan pie jal.
Untung saat ini aku lagi mengajar kelas 12 semua ada 8 kelas yg tempatnya di lantai 2 semua. Tetep weeh ga enak nyuruh-nyuruh anak beli or apa gitu. Kasian pan kalau dia lagi belajar malah sibuk disuruh-suruh guru. Mataku liar memandang kelas ini yang selalu kutempati saat istirahat jam kosong, karena secara anak-anak 12 TKJ-4 pasti ke lab TKJ. Aih kok mejanya si mbak Ardiah banyak makanan? Kemana aja sih aku baru tahu setelah 4 bulan megang mereka?
Boleh juga idenya ya, jiwa wirausahanya sudah timbul. Yang kutahu kami sekarang memiliki pelajaran PKWU sejenis kewirausahaan githuu…. Walau ada kantin, terkadang saat lapar dan hujan begini, memang enak kalau ada yang berjualan didalam kelas memenuhi hasrat lapar siswa bahkan guru lainnya.  Karena rasa lapar ini bisa menjadi peluang usaha untuk siswa yang pandai menangkap peluang. Apapun niatannya. Yang jelas, jiwa bisnisnya sudah tertanam sejak muda. Siapa tahu bisa membiayai jajannya, dan nggak usah minta orangtua.
Dan ujungnya, kalau dia selesai sekolah dan menekuni jiwa wirausahanya, paling tidak sudah terlatih dan ditempa waktu. Melatih jiwa enterpreuner muda itu adalah dengan praktek, praktek dan praktek. Nah siapa yang mau mencoba wirausaha bisnis jajanan dikelas ini? Yuk kepoin dan praktekin dari sekarang!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H