Saat hari ke-3 setelah lebaran , saat aku dan suamiku puasa syawal sejak siang aku sudah menyiapkan makanan untuk berbuka. Tapi aku heran, nasi yang baru saja kumasak 1 jam lalu di rice cooker, kok tiba- tiba berair dan bau. Aku agak bergidik , tapi segera kutepis perasaan itu. Jam menunjukkan pukul 2.45 , aku harus membeli beras lagi dan lauk untuk berbuka, seperti biasa martabak dari terigu yang dicairkan ditambah telur 1-2 buah untuk kami makan sampai malam. Maklum usaha suamiku semakin sempit saja semenjak keluar dari rumah mama.
Sempat agak lama aku diwarung , bungsuku Rafi sempat jadi ledekan karena wajahnya yang putih dengan rambut jagungnya dan tubuhnya yang montok, dan lebih sering dipanggil si Bule. Sampai rumah sudah setengah 4 , kulihat Soni sedang bersama 2 jagoanku bermain . Azan Ashar bergema , “ yah…ashar , solat nggak kataku , berteriak. Belum sempat kudengar jawaban, tiba-tiba ada ketukan sangat keras sekali ,Bahkan terkesan memaksa, “ sabar kenapa sih kataku…dari dalam. Begitu kubuka, ternyata tetangga mama. ” Mbak…Mbak Dewi…Bude…katanya agak tergagap. Bude yang dimaksud adalah mamaku. “ Kenapa bude ? tanyaku dengan panik, “ Mbak kerumah deh cepetan, bude ngga ketolong..katanya menahan kata-katanya. Entah mungkin tidak bisa berkata-kata lagi, aku berteriak ke suamiku. “ Ayaaah, mamaaaa…” teriakku sambil menyambar jilbab dan menggendong Rafi cepat-cepat. Suamikupun segera mengajak anak anakku.
Aku terpuruk lesu disamping jasad mamaku, “ Mamaaa, maafin Dewi…kenapa menahan rasa…kenapa..cepet ninggalin akuuu , 8 Bulan tidak ketemu, ketemu ketemu saat jadi mayat. Ya allah ampuni aku, belum sempat aku berlebaran dan silaturahmi. Kurenungi keganjilan-keganjilan dari nasi basi yang baru kumasak , serta firasat, kalau telfon saat itu adalah berasal dari mama yang ternyata kangen sekali denganku. Ini artinya sampai hari ke 3 lebaran aku tidak bisa mengganggu mama , maafkan aku maa sudah salah sangka .
Mama ternyata telfon itu darimu…. Papa dan saudara-saudaraku hanya diam merasa bersalah, begitu juga aku. Adikku Danu mengatakan sebenarnya mama ingin sekali aku datang berlebaran kerumah , dia menarikku kekamar mama dan menunjukkan lemari pakaian mama dimana sebuah album berisi foto-fotoku selalu di buka mama berkali-kali. Foto-fotoku sejak kecil hingga pernikahanku yang aku bersyukur aku yang ketungguan semua oleh mama dan papa. Dan aku harus pingsan berkali-kali , saat mengantar jasad mama untuk yang terakhir kali di Pemakaman. Menyesali segala apa yang terjadi serta egoku. Maafkan Dewi , mamaaaaaa .
Memory Ramadhan tak terlupa th 2000
NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community , Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H