Mohon tunggu...
Juli Dwi Susanti
Juli Dwi Susanti Mohon Tunggu... Editor - Guru-Dosen-Penulis-Editor-Blogger

Menulis adalah sedekah kebaikan Yang menjadi obat, therapy, Dan berbagi pengalaman hidup untuk manfaat

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Telfon Terakhir Itu

13 Juli 2015   23:12 Diperbarui: 13 Juli 2015   23:22 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Saat hari ke-3 setelah lebaran , saat aku dan suamiku puasa syawal sejak siang aku sudah menyiapkan makanan untuk berbuka. Tapi aku heran, nasi yang baru saja kumasak 1 jam lalu di rice cooker, kok tiba- tiba berair dan bau. Aku agak bergidik , tapi segera kutepis perasaan itu. Jam menunjukkan pukul 2.45 , aku harus membeli beras lagi dan lauk untuk berbuka, seperti biasa martabak dari terigu yang dicairkan ditambah telur 1-2 buah untuk kami makan sampai malam. Maklum usaha suamiku semakin sempit saja semenjak keluar dari rumah mama. 

Sempat agak lama aku diwarung , bungsuku Rafi sempat jadi ledekan karena wajahnya yang putih dengan rambut jagungnya dan tubuhnya yang montok, dan lebih sering dipanggil si Bule. Sampai rumah sudah setengah 4 , kulihat Soni sedang bersama 2 jagoanku bermain . Azan Ashar bergema , “ yah…ashar , solat nggak kataku , berteriak. Belum sempat kudengar jawaban, tiba-tiba ada ketukan sangat keras sekali ,Bahkan terkesan memaksa, “ sabar kenapa sih kataku…dari dalam. Begitu kubuka, ternyata tetangga mama. ” Mbak…Mbak Dewi…Bude…katanya agak tergagap. Bude yang dimaksud adalah mamaku. “ Kenapa bude ? tanyaku dengan panik, “ Mbak kerumah deh cepetan, bude ngga ketolong..katanya menahan kata-katanya. Entah mungkin tidak bisa berkata-kata lagi, aku berteriak ke suamiku. “ Ayaaah, mamaaaa…” teriakku sambil menyambar jilbab dan menggendong Rafi cepat-cepat.  Suamikupun segera mengajak anak anakku.

Aku terpuruk lesu disamping jasad mamaku, “ Mamaaa, maafin Dewi…kenapa menahan rasa…kenapa..cepet ninggalin akuuu , 8 Bulan tidak ketemu, ketemu ketemu saat jadi mayat. Ya allah ampuni aku, belum sempat aku berlebaran dan silaturahmi. Kurenungi keganjilan-keganjilan dari nasi basi yang baru kumasak , serta firasat, kalau telfon saat itu adalah berasal dari mama yang ternyata kangen sekali denganku. Ini artinya sampai hari ke 3 lebaran aku tidak bisa mengganggu mama , maafkan aku maa sudah salah sangka . 

Mama ternyata telfon itu darimu…. Papa dan saudara-saudaraku hanya diam merasa bersalah, begitu juga aku. Adikku Danu mengatakan sebenarnya mama ingin sekali aku datang berlebaran kerumah , dia menarikku kekamar mama dan menunjukkan lemari pakaian mama dimana sebuah album berisi foto-fotoku selalu di buka mama berkali-kali. Foto-fotoku sejak kecil hingga pernikahanku yang aku bersyukur aku yang ketungguan semua oleh mama dan papa. Dan aku harus pingsan berkali-kali , saat mengantar jasad mama untuk yang terakhir kali di Pemakaman. Menyesali segala apa yang terjadi serta egoku. Maafkan Dewi  , mamaaaaaa .

Memory Ramadhan tak terlupa th 2000

 

NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community , Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun