“ Sudah Disiapin semua bang…….Air minum botolnya juga sudah dimasukin ?” Berondongku sambil memandangi punggung kekar yang asyik menyiapkan pakaian dan perlengkapan lainnya, Ah . Menjelang kepulangannya hati ini berat dan enggan melepasnya. “Ayah pulangnya besok saja ya yah “ Tiba-tiba si sulung Odie menggelendot manja ke abang . “Eh jangan dong bos , nanti kita nggak bisa pulang ke Bekasi kalau nggak cari uang , yang penting kamu dan Adik-adik belajar dan juga jangan lupa Berdoa , Supaya ayah tenang dan lancer cari rejekinya . Oke Bos ! “ Kulihat matanya agak memerah , aku pura pura menyuruhnya minum kopi yang sudah agak dingin . Tapi dia menolak , kenyang katanya
“ Berangkat dulu ya Jeng , jaga Anak-anak…. Jangan terlalu tegang ya percayalah….Kalau dia sudah menghendaki kita pulang , pasti akan tiba juga saatnya” abang memandangku dengan mimik yang serius , kupalingkan wajahku yang terasa panas , Aku tidak ingin dia melihatku pergi dengan air mata diwajahku .Abang tidak akan tenang bekerja disana nanti , segera ku ambil si bungsu yang juga tengah menggelayut di gendongnya dan membawakan HP nya, jam menunjuk pukul 9.15 , dia sengaja memilih naik bis yang berangkat jam 10, biar agak santai dan punya banyak waktu untuk ngobrol denganku dan anak-anak .Kami saling Membisu hingga tiba di depan pintu rumah induk semangku . Ku serahkan Hpnya .
“ Ayo dong jeng ketawa , jangan cemberut aja , ah bang aku tahu kau berat hati Tapi kau coba menutupinya , dan aku pun tak tahan untuk mencubit pinggangnya , dan dia pun menggelinjang kegelian….” Kalau sudah sampai jangan lupa kasih tau bang…” kataku mengingatkannya , walau sebenarnya tak perlu karena dia pasti akan selalu menelponku , dia bilang dengan sering menelponku dia merasa aku ada disampingnya. Ini adalah tahun pertama kami harus saling berjauhan .
Kemudian aku mengajak ke-3 jagoanku untuk kembali naik ke rumah atas, kami memang menyewa bagian atas dari rumah induk . “ ayo kakak beresin Mainannya sama Eza dan Aldi…. Sudah waktunya tidur . besok kan harus Sekolah , Aku mengingatkan mereka . sulungku Odie walaupun baru berusia 7 tahun ,namun dia sudah menginjak kelas 2 SD hampir naik kelas 3, Tapi begitu dewasa.mungkin karena keperihatian kamilah yang memaksanya cepat dewasa dari anak yang seusianya Anak yang tengah Eza 5 tahun kelas Tk 0 besar , sebentar lagi naik kelas 1 SD , dan terakhir sibungsu aldi 3.5 tahun belum sekolah , “ Si bule “ kata tetangga yang menyukainya , karena walau rambutnya hitam , namun dari ujung kaki hingga kepala , tubuhnya putih sekali , dan cara bicaranya mirip shincan , tokoh kartun kesukaan anak-anak , membuat siapapun menjadi gemas untuk mengajaknya bermain . Syukurku yang tak habis , di tengah keterbatasan dan keperihatian kami , Tuhan memberikan kami anak-anak yang sehat ,Lucu dan mengerti dengan keadaan kami .
Kurebahkan badanku pada karpet kain yang ku gelar di bawah , pikiranku Menerawang ke suamiku , sejenak ku ambil Hp jadulku yang masih lumayan untuk berkomunikasi . iseng ku tulis pesan , tak terasa air mataku menetes . Usai SMS Aku rebahkan kembali tubuhku disamping sulungku , sambil meneruskan isak tangisku , entah betapa sentimentalnya aku malam ini, mungkin karena aku belum puas dengan kepulangan suamiku , Sabtu pagi tiba ,minggu malam harus berangkat kembali , rasanya singkat sekali waktu bersamanya , belum tuntas rasa kerinduan ku . memang ku syukuri beberapa minggu ini kesibukan abang kian bertambah , dan berarti peluang untuk pendapatan akan bertambah besar . Kadang aku mengutuki diriku sendiri yang terkadang konyol ,seharusnya aku berfikir , toh ini hanya sementara , komitmen awal setelah uang terkumpul cukup , kami akan berkumpul lagi satu rumah .Tapi begitulah ,kadang ego kewanitaanku Nyelenong tanpa aku bisa menahannya , dulu 3 bulan lalu , aku amat egois hingga sempat mendiamkan suamiku yang belum juga memperoleh uang . Sampai akhirnya dengan ongkosnya yang pas-pasan , dia berangkat ke Jakarta , setelah bosnya di proyek dahulu , tempat suamiku mengabdi 13 tahun yang lalu mengajaknya untuk bersama sama mendirikan perusahan Kontraktor. Dan sering aku malu sendiri dengan tingkah laku yang kekanak-kanakan bukannya membantu dengan doa dan senyum untuk memberinya semangat .
Allhamdulillah , keuangan kamipun mulai membaik . dan terkadang lebih keinginanku adalah menabung dan terus menabung , supaya cepat menyusul kembali dia ke Jakarta . tapi suamiku melarangnya , dia ingin aku memberikan gizi yang terbaik kepada anakku, dan menyuruh membeli apapun yang kumau , ia merasa selama ini tidak mampu membahagiakanku dan anak-anak , jadi wajarlah jika sekarang dia ingin membalasnya , dan aku hanya bisa cemberut kalo abang pulang selalu inginnya menyenangkan jagoan-jagoan kami . “ ngertiin lah jeng , Inilah obatku selama ini aku jauh dari mereka, “ pintanya memohon pengertianku .
Dasar perempuan umpatku pada diriku sendiri aku hanya mementingkan diriku sendiri,untuk buru-buru pindah ,padahal untuk biaya pindah butuh uang yang tidak sedikit,toh abang pun meyakinkanku kalau rumah kontrakan kami laku , kami bisa segera pulang kerumah kami yang telah 3.5 tahun kami tinggalkan , aku tak ingin pindah-pindah lagi seperti beberapa tahun belakangan ini yang kami lakukan . hingga kami sampai ke kota Semarang , aku ingin punya rumah tangga normal kembali seperti dulu,sebelum krisis moneter pada tahun 1998 merenggut semua kebahagian kami . Yang jelas aku ingin kembali berkumpul bersama adik-adiku yang kini ditinggal orang tua kami .
“ Bu jangan nangis terus dong , ayahkan cari uang ,kok ditangisin “ Suara si Odie menyadarkan tangis dan lamunku . “ kata ibu kalau ayah pergi ke Jakarta jangan ditangisi nanti ngalangin rezekinya ayah , iya kan bu” cerocosnya aku tersenyum dan segera mengusap air mataku………. “ Iya, iya ibu cuma masih kangen sama ayah . sudah sana tidur,besok kesiangan gimana ” ujarku sambil merengkuh kepalanya kedalam pelukanku . baru pertama aku merasakan seperti ini , rasanya jauh dari abang , kangen itu pasti yang jelas menumbuhkan kesadaran perlahan pada diriku, betapa indahnya kebersamaan bersamanya , terlebih , 1 bulan ini, aku dilarang kerja olehnya , aku merasa menganggur , abang bilang anak-anak lelaki kami sudah menuntut perhatian yang lebih menjelang mereka besar . Selama aku kerja dulu , ada abang yang mendampingi anak-anak , tapi setelah abang pergi kucoba untuk menitipkan mereka pada tukang cuci yang sehari hari membantu kami .
Si Odie sering protes , katanya “ Udah ayah nggak ada , masa ibu juga ninggalin kita sih”. Terpaksa aku mendampingi mereka sehari hari , suamiku pun ingin tanggung jawab keuangan ia ambil ahli semua, agar aku bisa konsentrasi pada perkembangan anak anak kami . Walaupun aku ikhlas mendidik mereka , namun kekosongan itu terkadang membuatku uring uringan tanpa sebab. Sering anak anak kupukul hanya karena mereka berbuat kesalahan sepele , mungkin itu pelampiasanku. Dan bila malam telah larut , aku menangisi sikapku sambil menikmati kepulasan mereka yang seolah tanpa beban . Setelah itu kuambil air wudlu , dan segera menyandarkan diriku padaNya , mencurahkan segala kegundahan hatiku .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H