Mohon tunggu...
Juli Dwi Susanti
Juli Dwi Susanti Mohon Tunggu... Editor - Guru-Dosen-Penulis-Editor-Blogger

Menulis adalah sedekah kebaikan Yang menjadi obat, therapy, Dan berbagi pengalaman hidup untuk manfaat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

PULANG . . . (1)

6 Maret 2015   12:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:05 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Sudah Disiapin semua bang…….Air minum botolnya juga sudah dimasukin  ?”  Berondongku sambil memandangi punggung kekar yang asyik menyiapkan  pakaian dan perlengkapan lainnya, Ah . Menjelang kepulangannya hati ini berat  dan enggan melepasnya.  “Ayah pulangnya besok saja ya yah “ Tiba-tiba si sulung Odie menggelendot manja ke abang . “Eh jangan dong bos , nanti kita nggak bisa pulang ke Bekasi  kalau nggak cari uang , yang penting kamu dan Adik-adik belajar dan juga  jangan lupa Berdoa  , Supaya ayah tenang dan lancer cari rejekinya .  Oke Bos ! “  Kulihat matanya agak memerah , aku pura pura  menyuruhnya minum kopi yang sudah agak  dingin . Tapi dia menolak , kenyang katanya

“ Berangkat dulu ya Jeng , jaga  Anak-anak…. Jangan terlalu tegang  ya percayalah….Kalau dia sudah menghendaki kita pulang , pasti akan tiba juga saatnya” abang memandangku dengan mimik yang serius , kupalingkan wajahku yang terasa panas , Aku tidak ingin dia melihatku pergi dengan air mata diwajahku .Abang tidak akan tenang bekerja disana nanti , segera ku ambil si bungsu  yang juga tengah menggelayut di gendongnya dan membawakan HP nya, jam menunjuk pukul 9.15 , dia sengaja memilih naik bis yang berangkat jam 10, biar agak santai  dan punya banyak waktu untuk ngobrol denganku dan anak-anak .Kami saling  Membisu hingga tiba di depan pintu rumah induk semangku . Ku serahkan Hpnya .

“ Ayo dong jeng ketawa , jangan cemberut aja , ah bang aku tahu kau berat hati   Tapi kau coba menutupinya , dan aku pun tak tahan untuk mencubit pinggangnya  , dan dia pun menggelinjang kegelian….” Kalau sudah sampai jangan lupa kasih  tau bang…” kataku mengingatkannya , walau sebenarnya tak perlu karena dia  pasti akan selalu menelponku , dia bilang dengan sering menelponku dia merasa  aku ada disampingnya. Ini  adalah tahun  pertama kami harus saling berjauhan .

Kemudian aku mengajak ke-3 jagoanku untuk kembali naik ke rumah atas,  kami memang menyewa bagian atas dari rumah induk . “ ayo kakak beresin Mainannya sama Eza dan Aldi…. Sudah waktunya tidur . besok kan harus Sekolah , Aku mengingatkan mereka . sulungku Odie walaupun baru berusia 7 tahun ,namun dia sudah menginjak kelas 2 SD hampir naik kelas 3, Tapi begitu dewasa.mungkin karena keperihatian kamilah yang memaksanya cepat dewasa dari anak yang  seusianya Anak yang tengah Eza 5 tahun kelas Tk 0 besar , sebentar lagi naik  kelas 1 SD , dan terakhir sibungsu aldi 3.5 tahun belum sekolah , “ Si bule “ kata tetangga yang menyukainya , karena walau rambutnya hitam , namun dari ujung  kaki hingga kepala , tubuhnya putih sekali , dan cara bicaranya mirip shincan , tokoh kartun kesukaan anak-anak , membuat siapapun menjadi gemas untuk  mengajaknya bermain  . Syukurku yang tak habis , di tengah keterbatasan dan keperihatian kami , Tuhan memberikan kami anak-anak yang sehat ,Lucu dan mengerti dengan keadaan kami .

Kurebahkan badanku pada karpet kain yang ku gelar di bawah , pikiranku Menerawang ke suamiku , sejenak ku ambil Hp jadulku yang masih lumayan untuk berkomunikasi . iseng ku tulis pesan , tak terasa air mataku menetes . Usai SMS  Aku rebahkan kembali tubuhku disamping sulungku , sambil meneruskan isak  tangisku , entah betapa sentimentalnya aku malam ini, mungkin karena aku belum puas dengan kepulangan suamiku , Sabtu pagi tiba ,minggu malam harus berangkat kembali , rasanya singkat sekali waktu bersamanya , belum tuntas rasa kerinduan ku . memang ku syukuri beberapa minggu ini kesibukan abang kian bertambah , dan berarti peluang untuk pendapatan   akan bertambah besar  .  Kadang aku  mengutuki diriku sendiri yang terkadang konyol ,seharusnya aku berfikir , toh ini  hanya sementara , komitmen awal setelah uang terkumpul cukup , kami akan berkumpul lagi satu rumah .Tapi begitulah ,kadang ego kewanitaanku Nyelenong tanpa aku bisa menahannya , dulu 3 bulan lalu , aku amat egois hingga sempat  mendiamkan suamiku yang belum juga memperoleh uang . Sampai akhirnya  dengan ongkosnya yang pas-pasan , dia berangkat ke Jakarta , setelah bosnya di proyek dahulu , tempat suamiku mengabdi 13 tahun yang lalu mengajaknya untuk bersama sama mendirikan perusahan Kontraktor. Dan sering aku malu sendiri dengan tingkah laku yang kekanak-kanakan bukannya membantu  dengan doa dan senyum untuk memberinya semangat .

Allhamdulillah , keuangan kamipun mulai membaik . dan terkadang lebih  keinginanku adalah menabung dan terus menabung , supaya cepat menyusul kembali dia ke Jakarta . tapi suamiku melarangnya , dia ingin aku memberikan  gizi yang terbaik kepada anakku, dan menyuruh membeli apapun yang kumau , ia merasa selama ini tidak mampu membahagiakanku dan anak-anak , jadi wajarlah jika sekarang dia ingin membalasnya , dan aku hanya bisa cemberut kalo abang  pulang selalu inginnya menyenangkan jagoan-jagoan kami . “ ngertiin lah jeng ,  Inilah obatku selama ini aku jauh dari mereka, “ pintanya memohon pengertianku  .

Dasar perempuan umpatku pada diriku sendiri aku hanya mementingkan diriku sendiri,untuk buru-buru pindah ,padahal untuk biaya pindah butuh uang yang tidak sedikit,toh abang pun meyakinkanku kalau rumah kontrakan kami laku , kami bisa segera pulang kerumah kami yang telah 3.5 tahun kami tinggalkan , aku tak ingin  pindah-pindah lagi seperti beberapa tahun belakangan ini yang kami lakukan . hingga kami sampai ke kota Semarang , aku ingin punya rumah tangga normal kembali  seperti dulu,sebelum krisis moneter pada tahun 1998 merenggut semua kebahagian kami . Yang jelas aku ingin kembali berkumpul bersama adik-adiku yang kini  ditinggal orang tua kami .


“ Bu jangan nangis terus dong , ayahkan cari uang ,kok ditangisin “ Suara si Odie menyadarkan tangis dan lamunku . “ kata ibu kalau ayah pergi ke Jakarta jangan  ditangisi nanti ngalangin rezekinya ayah , iya kan bu” cerocosnya aku tersenyum dan segera mengusap air mataku………. “ Iya, iya  ibu cuma masih kangen sama ayah . sudah sana tidur,besok kesiangan gimana ” ujarku sambil merengkuh kepalanya kedalam pelukanku . baru pertama aku merasakan seperti ini , rasanya jauh dari abang , kangen itu pasti yang jelas menumbuhkan kesadaran perlahan pada diriku, betapa indahnya kebersamaan bersamanya , terlebih , 1 bulan ini, aku dilarang  kerja olehnya , aku merasa menganggur , abang bilang anak-anak lelaki kami  sudah menuntut perhatian yang lebih menjelang mereka besar . Selama aku kerja  dulu , ada abang yang mendampingi anak-anak , tapi setelah abang pergi kucoba untuk menitipkan mereka pada tukang cuci yang sehari hari membantu kami .


Si Odie sering protes , katanya “ Udah ayah nggak ada , masa ibu juga ninggalin  kita sih”. Terpaksa aku mendampingi mereka sehari hari , suamiku pun ingin  tanggung jawab keuangan ia ambil ahli semua, agar aku bisa konsentrasi pada perkembangan anak anak kami . Walaupun aku ikhlas mendidik mereka , namun kekosongan itu terkadang membuatku uring uringan tanpa sebab. Sering anak anak kupukul hanya karena mereka berbuat kesalahan sepele , mungkin itu pelampiasanku. Dan bila malam telah larut , aku menangisi sikapku sambil menikmati kepulasan mereka yang seolah tanpa beban . Setelah itu kuambil air wudlu , dan segera menyandarkan diriku padaNya , mencurahkan segala kegundahan hatiku .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun