Membayangkan dan memiliki  presiden  tegas adalah harapan yang ditunggu bangsa Indonesia setelah Bung Karno jaya dengan orasinya yang selalu didengar rakyatnya apalagi dihargai dimata dunia , tidak ada yang berani menyentuh , apalagi melecehkan Indonesia dimata dunia.
Saya sebagai seorang pendidik yang sudah terjun didunia pendidikan sejak lebih 23 tahun lalu , terlebih matematika adalah pelajaran yang dianggap momok / sulit bagi anak Indonesia , adalah tantangan terberat tapi ingin saya wujudkan . Karena saya tidak ingin nasib saya terulang untuk yang kedua . Saya baru mengerti matematika itu justru pada saat masuk kelas X SMA. Hitungan yang amat terlambat . Tapi justru itu memacu saya , ketika Allah ijinkan saya menjadi guru dan dosen Matematika saya ingin mewujudkan dan berbagi idealis saya kepada anak anak Indonesia ,  bahwa “Say Easy Mathematic “ itu bukan sekedar slogan .
Bukan cerita matematika yang ingin saya bahas disini, tapi keinginan yang ingin saya sampaikan adalah  , keberanian indonesia akankah  seperti Jepang , ketika bangkit dari keruntuhan Nagasaki dan Hiroshima , Kaisar mengumpulkan guru yang masih tersisa dan punya komitmen tinggi membangun bangsa yang bermartabat dimulai dari pendidikan Guru Mulia tersebut .
Korelasinya keinginan saya adalah , Kepemimpinan tegas  harus menyentuh dunia pendidikan setelah ekonomi rakyat . Karena utama adalah perut yang kenyang akan nyenyak tidur dan bisa diajak untuk memikirkan kemajuan kedepan . Sebagai orang pendidikan saat ini . Hal yang paling krusial adalah masalah Kurikulum kita yang muatannya terlalu padat dan penuh pesanan , tidak simple dan memberatkan guru dan siswa untuk enjoy dalam KBM . Tapi hasilnya sangat jauh dari harapan memiliki output life skill saat mereka terjun ke masyarakat dunia . Seperti jauh api dari panggang . Saya yakin banyak guru berhati mulia , siswa Indonesia cerdas cerdas , tapi system selama ini yang memberangus kemuliaan dan kecerdasan tersebut . Dengan adanya birokrasi , politisasi dan Industrialisasi , Pendidikan menjadi barang yang sangat mahal ongkosnya untuk menjadi pintar . Benar sudah ada upaya penggelontoran uang untuk dana BOS , Bidik Misi dsb , atau penganggaran 20% APBN ( Walau nyatanya belum terwujud penuh dan penuh dengan aroma korupsi dimana - mana )
Saya juga tidak mengatakan jelek atas upaya yang sudah dilakukan untuk menuju kearah professional , namun hal ini masih harus terus disempurnakan bahkan dilanjutkan melalui tahapan evaluasi. Karena Aroma lezatnya pundi pundi uang sudah tercium kemana mana hingga tingkat mentri sekalipun , sehingga selalu tergelincir menjadi proyek yang tidak pernah bisa dipertanggung jawabkan hasilnya bahkan menimbulkan banyak korban . Seperti Kurikulum 2013 ini . Yang saat ini masih menimbulkan kebingungan dimana mana .
Kami tidak mengatakan jelek , tapi sejak pembuatannya yang dipaksakan , walau mengadopsinya bagus dari Jepang dan China , tapi sosialisasi , SDM yang rendah menimbulkan carut marut pelaksanaan Bintek / diklat disana sini . Australia saja untuk menjadi  sebuah kurikulum , itu butuh 2 tahun sosialisasinya , bahkan dengan di cover Lux, diberikan kesempatan pada siapapapun bahkan masyarakat dunia untuk memberi masukan untuk kesempurnaannya .  Tanpa bermaksud untuk memproyeksasi niatan tersebut. Sedangkan , disiniiiiiii , yang tercium aroma politiksasi dan proyeksasi , dari pemberian tender hingga kepelaksanaannya , bukan orang yang professional . Bagus P4TK dan LPMP juga turut serta dilibatkan , tapi dengan tenaga yang ala kadarnya , tidak bisa maksimal. Peatihan tenaga guru , Kepsek bahkan Pengawas baik Inti maupun Nasional dipaksakan karbitan . Harusnya berlatih 2 minggu , hanya 5 hari bahkan sering dipangkas, tapiiiii keuangannya tanda tangannya tetap 5 hari gituuuu . Hadeh Uniknya Indonesiaku ini  . Setiap Kurikulum baru ini , kami belum pernah hatam menerapkan bahkan mempelajarinya.
Sesungguhnya tidak ada yang baru sih dari kurikulum ini , hanya disempurnakan dengan 3 metode Discoverry Learning , Problem Based Learning dan Project Based Learning . Dan pendekatannya adalah Scientifik. Baguuuus ,  hanya apakah sapras dan support sistemnya sudah mendukung belum ? Apakan disetiap rumah / sekolah sudah dipastikan memiliki jaringan internet ? Karena pendidikan ini berbasis Student Center Learning . Artinya siswa yang harus berburu Infomasi . Seharusnya banyak pihak terkait yang diajak untuk mematangkan Kurikulum ini , yang sederhana , simple , tidak memberatkan sehingga siswa harus membawa tas berkilo kilo beratnya , ( Seperti india dong atau malaysia ( hihihi seperti dicerita upi dan ipin ) , satu siswa sudah disubsidi 200.000 untuk edu tablet dan semua pelajarannya ada disitu sehingga siswa nggak perlu capek capek bawa tas berat pak, kasian  .. .kecil kecil sudah terkena sakit punggung ). Dan yang paling utama adalah pendidikan berbasis karakter bukan sekedar slogan , sehingga ketika ananda terjun dan menjadi bagian dari masyarakat dunia penuh kesantunan , kesabaran , kedisiplinan , namun memiliki keberanian dan tingkat kreativitas tinggi hingga tingkat Mancanegara. Dengan begitu cita cita mengaumnya Indonesia sebagai macan asia lewat pendidikan bukan sekedar wacana.
Regulasinya juga harus dibenahi dari Hulu ke Hilir , baik negeri atau swasta semua punya tujuan mulia , tapi tolong jangan mudah membuat ijin operasional , terutama untuk swasta , banyak yang bisa membangun sekolah , tapi tidak bisa membangun SDM guru yang berkualitas dan mau loyal mengabdi , kalaupun mau itu karena tekanan ekonomi . Satu kata , KORUPSI jangan dibiarkan berkembang sedikitpun kalau perlu diberi efek jera baik negri maupun swasta yang mencoba bermain didunia pendidikan.
Gaji guru dengan baik seperti di Jepang , guru TK adalah guru awal yang paling berat mendidik dan membentuk karakter siswa pada tahun pertama diusia tumbuh kembangnya selain ibu dirumah ,  jangan PNS melulu dinaikin tapi kinerjanya perasaan ga naik naik dech , dan negri ini yang berkontribusi kan bukan hanya PNS loch  (jeleous.com ) .  Selanjutnya SD , sedangkan untuk SMP dan SMA seimbang . Buat perekrutan guru yang sebenarnya , bukan mereka yang selama ini hanya menjadikan sekolah sebagai batu loncatan menggunakan ketebelece karena persaudaraan/teman atau teman partai , karena banyak tunjangan pemerintah yang menggiurkan, atau berlomba lomba menjadi pegawai negri dengan alasan gaji , pensiun tanpa perlu kreativitas , kedisiplinan bahkan tanggung jawab .Karena itu menjadi contoh yang buruk juga bagi siswa sehingga dari tahun ke tahun .
Ijinkan pihak swasta yang akan sukarela mengawal dan memantau perjalanannya , bukan karena biaya yang dikejar , atau titipan siapapun . Insyaallah pelan tapi pasti pendidikan kita bisa sejajar dengan Australia bahkan Finlandia saat ini. Wow pasti keren. Tidak akan ada lagi guru amoral , ngobyek gelisah karena harus total disekolah sedang dirumah makan belum tercukupi . dan banyak kisah negative guru laksana Oemar Bakri yang sterotipnya minim. Kembalikan fungsi guru pada trahnya menjadi petugas yang digugu dan ditiru. , menjadi tempat masyarakat berdiskusi dan mengambil keputusan bijaksananya. Seperti jaman tahun 1945-1980 an . Rangkul mereka yang komit dan consist dijalur pendidikan secara cerdas dan bertanggung jawab. Saya pikir Indonesia harus belajar dari pengalaman . Kata Bung Karno JAS MERAH. Bravo bangkitlah pendidikan Indonesiaku !!
Tulisan ini pernah kukirim untuk bursa capres kemarin , tapi sudah kuedit sedikit , aku yakin harapan ini milik semua yang pantas kusuarakan. Setuju ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H