BBM naik? Bagaimana perasaan masyarakat? Â Kenaikan BBM yang marak kini menjadi sebuah perbincangan besar, kondisi yang benar-benar mengubah kehidupan sosial ini sangat memengaruhi keuangan dalam kehidupan sehari-hari. Protes yang dilakukan oleh mahasiswa/mahasiswi guna membantu mengubah keadaan bagi masyarakat hingga kini masih belum ada kabar. Berbagai protes yang dilakukan, turun ke jalan hingga berkeliling dengan mengibarkan bendera, sebuah kain yang dicoret dengan tulisan sindiran, bahkan simbol-simbol dari mahasiswa/mahasiswi yang berdemokrasi.
Lelah, stres, dan capek dengan berbagai keluhan kini tengah dirasakan oleh masyarakat dengan mata pencaharian dibidang transportasi. Harga BBM yang naik tentu sangat berpengaruh. Kurangnya pelanggan, membuat para driver harus berani dalam mengambil risiko untuk tetap melanjutkan pekerjaannya. Keluh kesah ini disampaikan oleh para driver online. "Macet di beberapa jalan pun rasa beratnya terasa di lubuk hati karena BBM naik dengan saya yang mempunyai kendaraan membutuhkan bensin tidak sedikit". Dampak lain juga dirasakan oleh penumpang. Akibat mahalnya BBM, untuk menaiki transportasi umum hanya dengan jarak yang terhitung dekat pun mendapat tarif yang mahal. Teriakan ini menjadi salah satu alasan mengapa mahasiswa/mahasiswi harus maju di garda terdepan untuk membantu masyarakat yang kewalahan dengan kebijakan pemerintah yang dirasa sangat memberatkan.
Alasan naiknya harga BBM tidak lain juga demi negara Indonesia. Dipicu semakin besarnya beban subsidi dan ketidaktepatan subsidi BBM sangat perlu untuk ditinjau kembali. Dengan kata lain, dapat dilihat dalam kehidupan nyata. Ketika orang yang mengantri untuk mengisi bensin, terlihat bahwa orang yang dinilai mampu / berkecukupan justru memilih harga BBM yang murah. Sedangkan orang yang kurang mampu mendapat dampak atau sisanya, yaitu BBM dengan harga yang tinggi. Harga pertalite naik dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter (naik sekitar 30.7%), harga solar naik dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter (naik sekitar 32%), dan harga pertamax naik dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter. Kenaikan secara keseluruhan untuk ketiga jenis BBM tersebut sekitar 26%.
Dikutip dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20220904094859-4-369108/sri-mulyani-ungkap-alasan-harga-bbm-naik-ini-hitungannyaÂ
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan alasan dibalik keputusan harga BBM naik. Mengutip ucapan presiden Joko Widodo (Jokowi), dia mengayakan pemerintah memprioritaskan uang negara untuk melindungi masyarakat kurang mampu. Dia menjelaskan anggaran subsidi dan kompensasi pada Perpres 98 tahun 2022 sebesar Rp 502,4 triliun. Ini berarti sudah ada peningkatan tiga kali lipat dari alokasi awal dan sebagian besar untuk BBM.
Jumlah itu dihitung dari rata-rata ICP yang mencapai US$100/barrel. Serta juga pada volume Pertalite dan Solar Bersubsidi masing-masing mencapai 23 juta kilo liter serta 15 juta kilo liter. "Dengan konsumsi Pertalite dan Solar Subsidi yang melebihi kuota, anggaran subsidi dan kompensasi BBM diperkirakan melewati Rp 502,4 triliun," kata Sri Mulyani, dalam unggahan di akun Instagram resminya, dikutip Minggu (4/9/2022).
"Hingga saat ini, kami terus memantau pergerakan harga ICP. Karena harga rata-rata ICP hingga Juli US$104,9/barrel, jika harga ICP turun US$90/barrel Agustus-Desember 2022, maka harga rata-rata satu tahun ICP Indonesia adalah US$99/barrel. Kalaupun harga ICP turun hingga di bawah US$90/barrel, maka rata-rata ICP Indonesia setahun masih US$97/barrel."
Kenaikan harga ini, menurutnya tetap akan membuat alokasi subsidi BBM sebesar Rp 591 triliun jika harga ICP hingga Desember US$85/barrel. Sementara itu, akan menyentuh Rp 605 triliun jika harganya ICP US$99/barrel. "Apabila harga rata-rata ICP setahun masih di atas US$100/barrel, total subsidi BBM masih akan mencapai Rp 649 triliun," ungkapnya.
Perkembangan harga ICP harus dan akan terus dimonitor, sebab suasana geopolitik dan proyeksi ekonomi dunia masih sangat dinamis. Dengan kenaikan harga tersebut, Sri Mulyani menambahkan pemerintah akan memantau dampak inflasi pertumbuhan ekonomi dan indikator kemiskinan.
Dampak lain yang terasa adalah bahan makanan di pasar juga ikut naik, seperti cabai, beras, kedelai, bawang putih, dan daging sapi. Harga beras premium mengalami kenaikan 0,40 persen atau sebesar Rp 50 dibandingkan harga kemarin menjadi Rp 12.400 per kilogram, kedelai naik sebesar 0,29 persen atau Rp 40 menjadi Rp 13.740 per kilogram, sedangkan bawang putih naik Rp 50 menjadi Rp 25.590 per kilogram. Selanjutnya, komoditas cabai merah keriting naik Rp 1,59 persen menjadi Rp 60.210 dan daging sapi murni dibanderol Rp 133.710 per kilogram. Angka ini naik Rp 680 per kilogram dibandingkan harga kemarin. Kebijakan ini sungguh sangat ditolak oleh masyarakat karena dirasa sangat membebani. Bahan makanan yang tentu saja dikonsumsi untuk sehari-hari menjadi harus berkurang pembeli. Bahkan kekurangan pembeli terhitung hingga 37% karena naiknya harga.
Demikian bukti bahwa perjuangan Indonesia untuk menghadapi permasalahan terutama dibidang ekonomi dengan mengalami kenaikan harga BBM hingga naiknya bahan pangan tidak hanya berdampak pada beberapa orang saja, tetapi juga berbagai pihak dari angkutan umum hingga konsumen yang menikmati fasilitas yang ada juga terkena dampaknya. Naiknya harga BBM, tingginya harga bahan, dan berkurangnya minat pembeli menjadi ciri bahwa negara kita sedang tidak baik-baik saja. Namun, dari hal tersebut juga dapat diambil hikmahnya. Salah satunya adalah dengan naiknya harga BBM, kita dapat meminimalisir hal negatif dalam hal berkendara, yaitu polusi udara. Sehingga setiap hal buruk yang terjadi pasti ada hal baik dibaliknya. Dengan segala kekuatan dari berbagai pihak yang memiliki harapan penuh agar Indonesia cepat pulih dan kondisi perekonomian dapat kembali normal dengan harga sesuai sasaran.