Mohon tunggu...
Misdha Adelia
Misdha Adelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu Halooo !!! Nama saya Misdha Adelia. Teman-teman biasa memanggil saya Misdha. Saya Mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Kendari, Sulawesi Tenggara. Dan sekarang sedang mengikuti Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka di Universitas Negeri Malang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mengulik Sejarah Candi Jago : Fungsi, Relief, dan Arca

15 September 2023   20:19 Diperbarui: 17 September 2023   11:26 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Candi Jogo : Dokumentasi Pribadi)

Indonesia memiliki keberagaman dan budaya, serta sejarah kerajaan yang menarik. Salah satu Kerajaan terkenal di Indonesia adalah Kerajaan Singosari yang berada di Malang, Jawa Timur. Raja pertamanya adalah Ken Arok. Pada masa kerajaannya, didirikanlah salah satu candi, yakni Candi Jago. Candi Jago beralamat di Jalan Wisnuwardhana, Ronggowuni, Tumpang, Kec. Tumpang, Kab. Malang, Jawa Timur. 

Candi Jago didirikan oleh Raja Kertanegara untuk menghormati ayahnya, Raja Wisnuwardhana yang wafat pada tahun 1268 Masehi. Kata "Jago" berasal dari kata "Jajaghu" yang terdapat pada kitab Nagarakrtagama yang berarti keagungan atau tempat suci. Candi ini terbuat dari batu andesit dengan luas 24 x 14 m dan tinggi 15 m, namun dikarenakan faktor usia dan alam, maka tingginya sekarang menjadi 10,5 m. 

Fungsi utama dari candi jago adalah tempat pendarmaan atau tempat penyimpanan abu jenazah raja. Candi ini bersifat 2 agama yaitu agama Hindu dan Buddha. Relief Buddha terletak pada dinding paling bawah yang menceritakan suatu kumpulan hewan (tantri) yang mengajarkan kebaikan. Kemudian relief Hindu terletak di tengah sampai ke ujung candi yang mengisahkan Angling Dharma, Mahabharata, Arjuna Wiwaha dan Krisnayana yang mengajarkan kejujuran, ujar Mulyanto, Juru Pelihara Candi Jago, Minggu (10/09/2023)

Di lingkungan Candi Jago terdapat arca Muka Kala, Amoghapasa, dan tempat menaruh arca Dewi Buddha. Arca Amoghapasa berlengan 8 merupakan 4 dewa tertinggi dalam ajaran Buddha Tantrayana. Kepala arca tersebut telah hilang dan lengan-lengannya telah patah. Diketahui bagian kepala tersebut telah hilang pada zaman Hindia Belanda, dan Arca Muka Kala (Muka Raksasa) biasanya ditemukan dipintu masuk/relung candi, ujar Mulyanto, Juru Pelihara Candi Jago, Minggu (10/09/2023).

(Arca Muka Kakala : Dokumentasi Pribadi)
(Arca Muka Kakala : Dokumentasi Pribadi)

(Arca Amoghapasa : Dokumentasi Pribadi)
(Arca Amoghapasa : Dokumentasi Pribadi)

Untuk melestarikan warisan budaya, maka dilakukan konservasi secara berkala agar warisan budaya dapat dinikmati oleh generasi mendatang.  Dengan adanya konservasi budaya, ini berhasil memperkenalkan kekayaan budaya kepada wisatawan, mengembangkan ekonomi lokal, dan melestarikan identitas lokal yang unik. 

Penulis :

Rahma Maulida, Misdha Adelia, Echa Aisyadewi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun