Misbulabdillah17Kompasiana.com- Dalam tangisan waktu yang bergulir di antara bintang yang terkena bersinar terang, di leraikan tulisan dan harapan panjang, di pesisir timur terus berjuang di kegelapan malam yang terus mencekam, di terpa badai sudah biasa. di terpa kemiskinan juga tak terkira. diterpa kasih sayang itu yang mengurita, ketika syair syair alam dan karam menjelma membukit di antara ribuan karang yang terukir di selat malaka, melambaikan kasih yang tertingal di penghujung selat Riau raya, angin yang kencang malam ini tak juga bisa menghentikan kasih ini bermain, di bawah angin yang tinggi-di bawah kabut malam yang mengudara di langit langit mata ini, berlari lah di malam yang sunyi, rumah rumah tua pelipur lara mengecam kesunyian, tidak berpenghuni. surau tua tempat penantian akan kesendiran malam ku besandarkan dengan air sungai yang deras di larikan dengan tetes hujan air mata yang bermain.tangan tangan ini akan berhenti berharap dan berdoa dengan kertas lama tercoret basah.Kasih di mana harapan itu ada
ketika halaman itu bergerak
angin angin undangan berjalan
salam sirih terus berganti
pemuka adat datang hinga tak pasti
menjemput kasih di tepian hati
Kasih di andinda tersayang di pelaminan
kakanda tak bisa begerak
ketika aku penyair jalanan
berjalan tampa arah
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!